Ada 12 Juta Ancaman Online Targetkan Pengguna di Indonesia pada 2022

Hasil survei Kaspersky mengungkap, ada hampir 12 juta ancaman online yang menarget pengguna di Indonesia sepanjang 4 bulan pertama 2022.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 27 Apr 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware. Kredit: Elchinator via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Adopsi teknologi baru di Indonesia meningkat pesat sejak awal 2022. Menurut laporan Bank Dunia, adopsi teknologi dalam bisnis di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia, termasuk saat pandemi.

Adapsi teknologi digital yang begitu tinggi, diperlukan kewaspadaan dan kesadaran akan keamanan siber yang lebih besar dari seluruh pemangku kepentingan. Mulai dari sektor perusahaan, pemerintah, hingga penggunanya.

Alasan diperlukannya kewaspadaan atas keamanan karena penjahat dunia maya menyadari ada peluang yang terbuka bagi teknologi baru untuk tindakan berbahaya mereka.

Kaspersky menyebut, hampir 12 juta ancaman online menarget pengguna di Indonesia selama tiga bulan pertama 2022.

Mengutip keterangan resmi Kaspersky, Rabu (27/4/2022), selama periode Januari-Maret 2022, Kaspersky memblokir 11,8 juta ancaman dunia maya berbeda yang ditularkan melalui internet pada pengguna di Kaspersky Security Network di Indonesia.

Dari jumlah itu, 27,6 persen pengguna dalam negeri menjadi sasaran ancaman berbasis web.

Jumlah ancaman berbasis web meningkat 22 persen dibanding 9,6 juta upaya pada periode yang sama tahun 2021. Ancaman hanya sedikit menurun yakni 2 persen dari kuartal terakhir (Oktober-Desember) tahun 2021.

Karena adanya hampir 12 ancaman tersebut, Indonesia berada di urutan ke-60 di seluruh dunia dan peringkat pertama di Asia Tenggara, dalam hal bahaya yang ditimbulkan dari berselancar di web.

Di Asia Tenggara, pengguna di Indonesia adalah yang paling banyak mendapatkan ancaman web dengan jumlah 11,8 juta. Posisi berikutnya adalah Vietnam dengan jumlah 11,5 juta, Malaysia 9,8 juta, Filipina 9,2 juta, Thailand 4,6 juta, dan Singapura 1,5 juta.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


14 Juta Insiden Lokal

Ilustrasi malware, scam, ancaman siber terkait Covid-19
Ilustrasi malware, scam, ancaman siber terkait Covid-19. Kredit: Engin Akyurt from Pixabay

Sementara itu, dari Januari-Maret 2022, Kaspersky mendeteksi 14 juta insiden lokal di komputer para partisipan Kaspersky Security Network di Indonesia.

Secara keseluruhan, 29,9 persen pengguna dalam negeri diserang ancaman lokal selama periode ini dan menunjukkan penurunan 40 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Selain itu juga ada penurunan 15 persen dibanding kuartal tahun lalu.

Penurunan ancaman lokal ini bisa jadi terkait dengan pekerjaan jarak jauh secara berkelanjutan yang meminimalisasi penggunaan perangkat yang dapat dilepas (removable) di kantor, secara signifikan.

General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky Yeo Siang Tiong mengatakan, serangan siber yang dilakukan melalui taktik daring atau luring terbukti menargetkan individu dan bisnis dalam segala bentuk dan ukuran.

Yeo mengatakan, kemunculan berbagai tren digitalisasi di Indonesia akhir-akhir ini merupakan perkembangan yang menggembirakan, banyak orang merengkuh NFT, transaksi kripto, metaverse, dan investasi di kalangan generasi mudah.

"Namun, tren tersebut perlu disambut dengan kewaspadaan dari semua pihak yang terlibat, karena para pelaku kejahatan siber selalu menunggu tren berikutnya untuk dieksploitasi," kata Yeo.


Saran untuk Hindari Ancaman Online

Ilustrasi malware. Dok: threatpost.com
Ilustrasi malware: Dok: Threatpost.com

Kaspersky pun memberikan sejumlah saran untuk pengguna, untuk menghindari ancaman online:

1. Berpikir sebelum mengklik tautan/ link yang mencurigakan dalam email atau pesan. Jangan buka email dari pengirim tidak dikenal hingga keasliannya terverifikasi.

2. Unduh aplikasi dari toko resmi Google Play. Meski tidak memberi jaminan penuh, namun risiko terhadap trojan jauh lebih rendah. Ingat, aplikasi dari toko ketiga merupakan tempat di mana peretas menanam aplikasi mereka yang sarat malware.

3. Ingat untuk selalu update sistem dan aplikasi, sebab update tersebut akan menambal kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh pelaku kejahatan siber.

4. Masukkan nama dan kata sandi hanya melalui koneksi aman, hindari mengakses bank dan layanan keuangan lewat WiFi publik.

5. Selalu jalankan sistem dengan program anti-malware terbaru.

6. Berhenti uji coba antivirus gratis, bisa jadi itu adalah malware yang menyamar dan menarget perangkat seluler Anda.


Trojan Fakecalls

Malware
Ilustrasi malware

Terlepas dari malware, serangan Trojan perbankan berjuluk Fakecalls menyamar sebagai aplikasi perbankan dan meniru telepon CS dari bank-bank populer.

Peneliti Kaspersky menemukan Trojan perbankan Fakecalls ini pada Januari 2021. Selama penyelidikan, mereka menemukan, ketika seorang korban menelepon hotline bank, Trojan membuka layar palsunya sendiri sebagai pengganti panggilan asli bank.

Ada dua skenario yang terungkap setelah panggilan disadap. Pertama, Trojan Fakecalls menghubungkan korban secara langsung dengan pelaku kejahatan siber yang menampilkan diri sebagai CS bank.

Skenario kedua, alternatif. Di mana, Trojan memainkan audio yang telah direkam sebelumnya, menirukan salam standar dari bank dan meniru percakapan standar menggunakan pesan suara otomatis.

Temuan ini ditemukan berbahasa Korea dengan meniru nama bank-bank Korea. Dari waktu ke waktu, Trojan menyisipkan potongan audio kecil dalam bahasa Korea.

Misalnya, "Halo terima kasih telah menelepon bank kami. Pusat panggilan kami saat ini sedang menerima panggilan dengan volume yang sangat besar. Konsultan kami akan menghubungi Anda kembali sesegera mungkin."

Hal tersebut memungkinkan pelaku kejahatan siber untuk menipu korban mereka agar mengganggap panggilan tersebut nyata.

Tujuan utama panggilan tersebut adalah untuk membujuk korban memberikan sebanyak mungkin informasi yang konfidensial, termasuk rincian rekening bank.

(Tin/Isk)

Infografis Waspada WhatsApp Rentan Dibobol Hacker
Infografis Waspada WhatsApp Rentan Dibobol Hacker
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya