Startup Fintech Finantier Resmi Jadi Anggota AFPI

Startup yang begerak di bidang financial technology (fintech) Finantier resmi menjadi anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) per Juli 2022.

oleh Iskandar diperbarui 08 Jul 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2022, 08:30 WIB
[Fimela] fintech
ilustrasi aplikasi mobile | unsplash.com/@blakewisz

Liputan6.com, Jakarta - Startup yang begerak di bidang financial technology (fintech) Finantier resmi menjadi anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) per Juli 2022.

Finantier merupakan penyedia platform Open Finance API yang diklaim sebagai salah satu yang terkemuka di Asia Tenggara.

“Kami berharap Finantier dapat memberikan solusi baru bagi para lenders untuk melakukan onboarding kepada nasabah mereka dengan bergabungnya kami pada daftar member pendukung ekosistem Fintech di AFPI," kata Co-founder dan COO Finantier, Edwin Kusuma, melalui keterangannya, Jumat (8/7/2022).

Ia menyebut, dengan menjadi member resmi AFPI, perusahaan juga akan memberikan jaminan bagi para P2P lenders (pemberi pinjaman) yang ingin menggunakan jasa Finantier.

Finantier mengusung produk utama Innovative Credit Scoring yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai penyelenggara layanan Inovasi Keuangan Digital (IKD). Produk ini berfungsi untuk menyajikan data-data sekunder sebagai bahan untuk analisis kredit.

Dalam proses kerjanya, layanan Innovative Credit Scoring akan mengakses data-data yang dibutuhkan sebagai variabel penilaian. Platform Innovative Credit Scoring dari Finantier akan mengelola data dari berbagai sumber, khususnya data-data transaksi yang biasanya dilakukan melalui aplikasi digital.

Beberapa contoh sumber data yang diolah adalah catatan transaksi pulsa ponsel, pembayaran listrik PLN, pembelian barang di e-commerce, dan lain-lain. Tentunya, data-data tersebut didapatkan atas seizin dari pengguna. Proses itu dilakukan secara otomatis melalui aplikasi.

Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, sistem akan melakukan analisis dan penilaian. Di sini, platform akan memanfaatkan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning untuk mempercepat proses.

Kemudian, hasil dari analisis tersebut akan ditampilkan dengan memberikan skor kepada calon nasabah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

Selain Innovative Credit Scoring, Finantier juga memiliki tiga produk lainnya yakni Income and Identity Verification, Account Aggregation, serta Recurring Payment. Keempat produk tersebut dapat diterapkan ke berbagai use case di banyak layanan keuangan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dorong Percepat Inklusi Keuangan

Finantier Resmi Jadi Anggota AFPI
Finantier Resmi Jadi Anggota AFPI. Dok: Finantier

Inklusi keuangan melibatkan penyediaan akses ke berbagai layanan keuangan aman, nyaman, dan terjangkau untuk kelompok masyarakat kurang beruntung dan kelompok rentan lainnya.

Kalangan yang masuk pada kategori ini antara lain masyarakat berpenghasilan rendah, warga pedesaan, dan masyarakat yang belum terlayani sektor keuangan formal (unbanked).

Dengan fitur produk Innovative Credit Scoring yang ada pada ekosistem Open Finance, misi inklusi keuangan ini dapat lebih cepat tercapai. Pasalnya, Open Finance membuka kesempatan masyarakat pada kategori unbanked untuk mendapatkan akses ke berbagai layanan finansial seperti pemberian kredit atau pinjaman.

Masuknya Finantier di barisan anggota AFPI, berarti semua operasional yang dilakukan Finantier akan sesuai dengan standarisasi dan sertifikasi yang berlaku di AFPI.

Dengan begitu, layanan keuangan atau fintech yang akan menggunakan produk Finantier tidak perlu ragu terhadap validitas fitur yang ada di dalamnya. Hal itu dikarenakan setiap anggota AFPI telah dipastikan menyepakati aturan-aturan OJK dan dilarang keras untuk melanggarnya.

Dilansir dari situs resminya, saat ini anggota AFPI tercatat sebanyak 102 perusahaan. Jumlah tersebut dipastikan akan meningkat seiring perkembangan ekonomi digital yang diperkirakan akan terus bertumbuh hingga Rp4,500 triliun di tahun 2030.

Selain itu, dalam melaksanakan amanat dari OJK, APFI tentu memiliki tanggung jawab dan kegunaan. Secara umum, tugas-tugas dan fungsi AFPI di antara lain yaitu sebagai penghubung antar lembaga fintech nasional dan internasional

Lalu sebagai lembaga riset terkait kebijakan; penyelenggara acara khusus Fintech bagi para anggota pelaksana; menjadi sarana pengaduan; mengawasi pelaksana Fintech; serta partisipan aktif dalam berkolaborasi di setiap kegiatan yang mendorong kemajuan fintech.

Aplikasi Fintech dan Kripto Tumbuh 1,74 Miliar Unduhan pada Q1 2022

Ilustrasi Fintech
Ilustrasi Fintech. Dok: edgeverve.com

Pasar aplikasi fintech global telah menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir.

Sejak pandemi Covid-19, tingkat pertumbuhan aplikasi fintech semakin meningkat. Demikian menurut Laporan bertajuk State of Fintech dan Crypto Apps 2022 dari perusahaan riset pasar aplikasi mobile Sensor Tower.

Menurut laporan itu, unduhan aplikasi fintech di seluruh dunia melebihi 6,1 miliar pada tahun 2021. Itu merepresentasikan kenaikan tahunan (year-over-year) 25,2 persen.

"Pada Q1-2022, unduhan kumulatif aplikasi fintech mencapai level tertinggi baru, yakni 1,74 miliar," tutur Sensor Tower.

Aplikasi fintech semakin populer di Asia

Setelah sempat mengalami penurunan di awal pandemi Covid-19, aplikasi fintech di Asia mulai berkembang. Di kawasan ini, India dan Asia Tenggara menjadi pasar utama.

"Pada Q1-2022, total unduhan aplikasi fintech di Asia capai 880 juta, meningkat 44 persen dari Q4-2019," ujar Sensor Tower.

<p>State of Fintech dan Crypto Apps 2022 - Pasar Aplikasi Fintech di Asia. Kredit: Sensor Tower</p>

Laporan ini juga menunjukkan bahwa Asia Tenggara telah menunjukkan potensinya sebagai pasar berkembang untuk aplikasi kripto.

<p>State of Fintech dan Crypto Apps 2022 - Popularitas Aplikasi Kripto di Asia Tenggara</p>

"Unduhannya di wilayah ini melonjak dari 6 juta pada 2020 menjadi 21 juta pada 2021," tutur Sensor Tower.

Aplikasi kripto berkontribusi 7 persen pada unduhan aplikasi Top 50 Fintech di Asia Tenggara pada periode tersebut.

Studi: Pemahaman Soal Metaverse Masih Rendah

Sebelumnya, Wunderman Thompson Intelligence telah menerbitkan hasil survey dan analisis-nya terkait Metaverse. Laporan yang berjudul ‘New Realities: Into the Metaverse and Beyond’ penelitiannya dilakukan pada Maret dengan lebih dari 3.000 orang berusia 16-65 di Amerika Serikat, Inggris, dan China yang disurvei. 

Survey tersebut menunjukkan kesadaran akan metaverse telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam waktu kurang dari satu tahun.

Sementara kurang dari sepertiga (32 persen) pernah mendengar istilah tersebut pada Juli 2021, pada Maret 2022 hampir tiga perempat (74 persen) pernah mendengar istilah tersebut.

Meskipun kesadaran telah meningkat, pemahaman terhadap metaverse tetap rendah. Penelitian ini juga menemukan ada ketidakjelasan tentang apa arti istilah tersebut, dengan hanya 15 persen yang menyatakan mereka tahu apa itu dan dapat menjelaskannya kepada orang lain.

Meskipun tidak dapat menjelaskan metaverse, konsumen percaya itu menjanjikan untuk mempengaruhi kehidupan kita secara signifikan dan di antara mereka yang tahu apa itu metaverse, dua pertiga percaya itu akan mengubah hidup, dengan 74 persen menyatakan metaverse itu adalah masa depan.

Direktur Global Intelijen Wunderman Thompson sekaligus penulis laporan tersebut Emma Chiu mengatakan seiring dengan semakin besarnya porsi hidup bergerak ke dunia maya, semakin jelas metaverse akan berperan penting dalam masa depan bersama. 

“Dengan pengikut kita survei yang mengungkap harapan luas metaverse membawa perubahan besar ke hampir semua industri,” ujar Chiu, dikutip dari situs resmi Wunderman Thompson, Kamis (26/5/2022).

Sebanyak 90 persen responden memegang keyakinan untuk melihat inovasi termasuk dalam industri hiburan, diikuti oleh periklanan dan ritel. Sementara itu, 85 persen meyakini metaverse akan berdampak pada industri fashion dan juga dunia kerja.

Peta Jalan Metaverse

Kepala Pemasaran dan Pertumbuhan Global, Wunderman Thompson, Naomi Troni mengatakan sangat penting bagi merek untuk menetapkan peta jalan untuk masuk ke metaverse.

“Namun, ada juga kekhawatiran seputar privasi, keamanan, dan keselamatan. Jadi, sementara temuan terbaru kami menunjukkan peluang yang hampir tak terbatas untuk merek memungkinkan mereka untuk membayangkan kembali seperti apa produk, layanan, dan keterlibatan konsumen mereka mereka juga harus memasuki dunia baru ini dengan hati-hati,” jelas Troni.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya