Bos NASA Takut Tiongkok Kuasai Sumber Daya Bulan

Bos NASA Bill Nelson menyebut bahwa mereka sedang dalam perlombaan luar angkasa, dan menuding Tiongkok mungkin saja akan mengklaim sumber daya Bulan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 04 Jan 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2023, 14:00 WIB
Bulan - Vania
Ilustrasi Bulan/https://unsplash.com/Luke Stackpoole

Liputan6.com, Jakarta - Bos badan antariksa Amerika Serikat, NASA, mengungkapkan kekhawatirannya soal perlombaan luar angkasa dengan Tiongkok, serta menyebut AS perlu mewaspadai dikuasainya sumber daya Bulan oleh negara itu.

Asumsi itu dinyatakan oleh Administrator NASA Bill Nelson. Ia juga memperingatkan Tiongkok pada akhirnya mungkin mengklaim "memiliki wilayah Bulan yang kaya sumber daya.

"Itu fakta: kita sedang dalam perlombaan luar angkasa," kata mantan astronaut dan senator Florida itu kepada Politico, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (4/1/2023).

"Dan benar bahwa kita sebaiknya berhati-hati agar mereka tidak sampai ke suatu tempat di Bulan dengan kedok penelitian ilmiah. Dan bukan tidak mungkin mereka berkata, 'Menjauhlah, kami di sini, ini wilayah kami.'"

Mengutip Business Insider, Tiongkok baru saja menyelesaikan stasiun luar angkasa barunya, Tiangong. Bulan November 2022, mereka juga meluncurkan awak taikonaut (julukan untuk astronaut Tiongkok) menuju stasiun tersebut.

Beijing pun berencana meluncurkan tiga misi ke bulan selama dekade berikutnya, sebagai bagian dari program Bulan Chang'e, setelah menyatakan telah menemukan mineral Bulan baru, yang bisa digunakan sebagai sumber energi.

Nelson pun menyebutkan kepada Politico bahwa Tiongkok, sudah menikmati "kesuksesan dan kemajuan yang luar biasa" dalam program luar angkasanya selama dekade terakhir.

 

Tiongkok Tolak Tuduhan NASA

Bulan - Vania
Ilustrasi Bulan/https://unsplash.com/Jan Baborak

Di sisi lain, Tiongkok menolak tuduhan AS, soal motifnya untuk mendorong sektor luar angkasa negara itu. "Luar angkasa bukanlah tempat gulat," kata Liu Pengyu, juru bicara kedutaan besar Tiongkok di Washington, kepada Politico.

Menurut Liu, beberapa pejabat AS telah berbicara secara tidak bertanggung jawab, untuk menggambarkan upaya luar angkasa Tiongkok yang normal dan sah.

"Tiongkok selalu menganjurkan penggunaan luar angkasa secara damai, menentang persenjataan dan perlombaan senjata di luar angkasa, dan bekerja aktif membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia di domain antariksa," ujarnya.

NASA sendiri sebelumnya menyatakan bahwa Misi Artemis I (Artemis 1) mereka berhasil, setelah kembali ke Bumi pasca perjalanan mengelilingi Bulan dinyatakan berhasil. Pesawat ini kembali pada Minggu, 11 Desember 2022 pukul 09.40 pagi Waktu Pasifik.

Wahana antariksa tanpa awak Orion mendarat di lepas pantai Baja, California, setelah berhasil menyelesaikan perjalanan hampir 26 hari. Ini memecahkan rekor penerbangan Apollo dan mengirimkan kembali foto-foto dari Bulan.

 

Artemis I Diklaim Sukses

Orion dalam Misi Artemis I kembali ke Bumi (YouTube NASA)
Orion dalam Misi Artemis I kembali ke Bumi (YouTube NASA)

Mengutip laman resmi NASA, Senin (12/12/2022), misi Artemis I diluncurkan dengan roket Space Launch System NASA pada 16 November yang lalu, dari Launch Pad 39B di Kennedy Space Center NASA, Florida.

Selama 25,5 hari, NASA menguji Orion di lingkungan luar angkasa yang keras, sebelum menerbangkan astronaut di misi Artemis II.

Administrator NASA Bill Nelson menyebut, penerjunan pesawat luar angkasa Orion, yang terjadi 50 tahun sejak hari pendaratan Apollo 17 di Bulan, adalah puncak pencapaian Artemis I.

"Dari peluncuran roket terkuat di dunia hingga perjalanan luar biasa mengelilingi Bulan dan kembali ke Bumi, uji terbang ini merupakan langkah maju yang besar dalam eksplorasi bulan Generasi Artemis," kata Nelson.

Mike Sarafin, manajer misi Artemis I menyebutkan, dengan kembalinya kapsul Orion tersebut, mereka berhasil mengoperasikan pesawat itu di lingkungan deep space, yang dinilai melebihi ekspektasi.

"Dan menunjukkan bahwa Orion dapat bertahan dalam kondisi ekstrem saat kembali melalui atmosfer Bumi dari kecepatan bulan," ujarnya.

Dikutip dari Engadget, dengan kembalinya Orion ke Bumi, NASA akan mulai menilai semua data yang dikumpulkan pesawat tersebut dalam perjalanan 1,4 juta milnya melintasi angkasa.

 

Persiapkan Artemis II

Bermasalah, NASA Tunda Misi Peluncuran Roket Artemis 1 ke Bulan
Roket NASA untuk misi Artemis 1 terlihat setelah batal diluncurkan dari Launch Pad 39B, Kennedy Space Center, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 29 Agustus 2022. Artemis dan Apollo adalah dewa-dewi kembar di mitologi Yunani. NASA menunda peluncuran roket Artemis dengan kapsul untuk krew yang tadinya direncanakan Senin 29 Agustus. (AP Photo/John Raoux)

Orion akan kembali ke pantai di mana teknisi akan menurunkan pesawat itu dan memindahkannya dengan truk untuk kembali ke Kennedy.

Begitu tiba di sana, tim akan membuka palka dan menurunkan beberapa muatan termasuk manekin Commander Moonikin Campos yang merupakan eksperimen biologi luar angkasa, boneka Snoopy, dan kit penerbangan resmi.

Selanjutnya, kapsul dan pelindung panasnya juga akan menjalani pengujian dan analisa selama beberapa bulan.

Lebih lanjut, NASA juga akan mulai mempersiapkan Artemis II. Misi tersebut, yang dijadwalan pada 2024, akan membawa astronaut manusia terbang dengan pesawat Orion.

Lalu, di awal 2025 atau 2026, NASA berharap bisa melakukan pendaratan di Bulan pertamanya, sejak akhir program Apollo pada tahun 1972.

Melalui misi Artemis, NASA berencana untuk mendaratkan wanita dan orang kulit berwarna pertama di permukaan Bulan, membuka jalan bagi keberadaan Bulan untuk jangka panjang, serta batu loncatan untuk perjalanan ke Mars.

(Dio/Ysl)

infografis negara asgardia
Asgardia, Negara di Luar Angkasa
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya