Studi: Karyawan Menyukai AI Karena Meringankan Beban Kerja

Satya Nadella, Chairman dan CEO Microsoft menyatakan bahwa generasi baru AI akan menghapus kebosanan kerja dan melepaskan kreativitas.

oleh M Hidayat diperbarui 14 Mei 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Dalam upaya mencapai efisiensi dan produktivitas, tenaga kerja modern dibanjiri dengan data, kewalahan dengan informasi yang berlebihan, dan terjebak dalam kondisi konektivitas yang terus-menerus. Dengan adanya ketidakpastian lanskap ekonomi, sebuah solusi harus segera dicari.

Masuklah kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI), yang siap merevolusi pekerjaan dan meringankan beban yang kita tanggung.

Dengan menggunakan AI, perusahaan dapat membuka potensi yang belum dimanfaatkan dari tenaga kerja mereka, mengantarkan mereka pada pertumbuhan dan penciptaan nilai yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Satya Nadella, Chairman dan CEO di Microsoft menyatakan bahwa generasi baru AI akan menghapus kebosanan kerja dan melepaskan kreativitas.

"Alat-alat yang didukung oleh AI menghadirkan peluang besar untuk mengurangi utang digital, mendorong kompetensi AI, dan memberdayakan karyawan," ujar Nadella dikutip dari keterangan perusahaan.

Untuk membekali para pemimpin dan bisnis dalam menghadapi revolusi AI yang akan datang, sebuah survei komprehensif yang mencakup 31 negara dan melibatkan 31.000 orang telah dilakukan.

Studi ini, yang dilengkapi dengan triliunan sinyal produktivitas do Microsoft 365 dan tren tenaga kerja dari LinkedIn Economic Graph, mengungkap tiga wawasan penting yang menuntut perhatian para pemimpin bisnis saat mereka memulai adopsi AI yang cepat dan bertanggung jawab.

1. Beban Utang Digital Menghambat Inovasi

Utang digital, arus data, email, rapat, dan notifikasi yang sangat banyak, telah melampaui kemampuan kita untuk memprosesnya secara efektif. Laju pekerjaan yang tiada henti memperparah tantangan ini.

Hmpir dua pertiga (64%) dari individu mengakui bahwa mereka tidak memiliki waktu dan energi yang cukup untuk memenuhi tanggung jawab pekerjaan mereka. Akibatnya, individu-individu ini 3,5 kali lebih mungkin untuk menghadapi hambatan dalam mendorong inovasi dan terlibat dalam pemikiran strategis.

Selain itu, para pemimpin organisasi juga merasakan kekhawatiran ini, dengan hampir 60% menyatakan kekhawatirannya akan ketiadaan ide-ide inovatif di dalam tim mereka.

 

2. Munculnya Aliansi Karyawan-AI

Terlepas dari kekhawatiran tentang perpindahan pekerjaan, sebuah pengungkapan yang luar biasa muncul dari data: karyawan lebih antusias akan AI yang meringankan beban kerja mereka daripada takut kehilangan pekerjaan.

Sementara 49% mengungkapkan kekhawatiran tentang AI yang mengganggu keamanan kerja, 70% dengan penuh semangat mendelegasikan tugas kepada AI, mengakui potensinya untuk meringankan beban.

Adam Grant, seorang penulis dan profesor psikologi organisasi, mengatakan, "Sangat menarik bahwa orang-orang lebih bersemangat tentang AI yang dapat menyelamatkan mereka dari kejenuhan daripada mereka khawatir AI akan menghilangkan pekerjaan mereka."

Survei ini menjelaskan sejauh mana orang mencari bantuan AI di berbagai domain. Mayoritas (76%) merasa nyaman menggunakan AI untuk tugas-tugas administratif, sementara 79% dan 73% menerima keterlibatan AI dalam pekerjaan analitis dan kreatif.

Individu juga mencari dukungan AI dalam mencari informasi dan jawaban (86%), meringkas rapat dan item tindakan (80%), dan merencanakan jadwal harian mereka (77%).

 

3. Mengembangkan Bakat AI: Penting untuk Semua Karyawan

Merangkul AI sebagai kopilot menuntut pendekatan baru dalam bekerja, sehingga membutuhkan bakat AI yang baru. Berkolaborasi secara harmonis dengan AI, memanfaatkan bahasa alami, akan menjadi bagian integral dari pekerjaan kita seperti halnya internet dan komputer pribadi.

Pergeseran paradigma ini membutuhkan kompetensi inti dari setiap karyawan, yang melampaui peran teknis dan keahlian AI.

Pemikiran kritis, penilaian analitis, pemecahan masalah yang kompleks, kreativitas, dan orisinalitas menjadi pusat perhatian.

Para pemimpin yang disurvei menekankan pentingnya karyawan memperoleh kemampuan untuk memanfaatkan AI secara efektif, membuat permintaan yang menarik, mengevaluasi pekerjaan kreatif, dan mengidentifikasi serta mengurangi bias.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya