Liputan6.com, Jakarta - Genap tujuh hari lalu, Indonesia dibantu roket Falcon 9 milik SpaceX sukses meluncurkan satelit multifungsi nomor 5 di dunia sekaligus yang berkapasitas terbesar di Asia.
Baca Juga
Peluncuran satelit Satria 1 dilakukan dari SpaceX Cape Canaveral, Air Force Station, Florida, AS, pukul 05.21 WIB.
Advertisement
Adapun satelit ini akan mengorbit di slot 146 derajat Bujur Timur yang tepat berada di atas Papua. Satelit dengan kapasitas 150Gbps ini rencananya akan beroperasi pada minggu keempat Desember 2023 atau awal 2024.
Satelit Republik Indonesia 1 atau Satria 1 ini diluncurkan dengan tujuan untuk memeratakan akses internet di daerah 3T atau tertinggal, terluar, dan terdepan. Rencananya, penggunaan satelit ini adalah untuk keperluan layanan publik masyarakat mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga keamanan.
Sekadar informasi, satelit Satria 1 diproduksi oleh pabrikan satelit Thales Alenia Space (TAS) yang bermarkas di Prancis. Produksinya juga bukan baru-baru ini, melainkan telah dimulai sejak September 2020 hingga Mei 2023 dengan memakan biaya Rp 8 triliun.
Meski diproduksi oleh Thales Alenia Space Prancis, tahukah kamu kalau ada tangan dingin dari engineer perempuan muda asal Indonesia di balik pembuatan Satria 1?
Mengutip laporan kanal Bisnis Liputan6.com, Senin (26/6/2023), engineer yang membuat Satria 1 yang berasal dari Indonesia itu bernama Adipratnia Satwika Asmady. Karib disapa Nia, perempuan 29 tahun ini mendapat amanah dari PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) untuk mengerjakan proyek Satria 1.
Nia ternyata turut serta dalam proyek Satria 1, mulai dari perancangan, pembuatan, hingga nantinya pengoprasiannya.
Bolak-Balik Prancis Demi Bangun Satelit Satria 1
Sebagai engineer, Nia mengemban jabatan sebagai Project Manager Satria 1. Lokasi manufaktur Satria 1 yang ada di Prancis membuat dara kelahiran 24 Agustus 1993 ini kerap bolak-balik Indonesia-Prancis.
"Jadi saat awal produksi Satria 1, saya tinggal di Prancis kurang lebih satu tahun, setelah pandemi Covid-19 yaitu Juni 2022 hingga Mei 2023," kata Nia saat berbincang dengan Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Putri kedua dari Asmady Parman dan Adiyatwati Adiwoso ini memiliki latar belakang pendidikan S1 dan S2 di Aerospace Engineering California Polytechnic State University.
PSN jadi karier pertama Nia di dunia profesional. Perempuan berambut panjang ini memulai karier di PSN pada 2017. Saat itu ia langsung terlibat dalam proyek satelit yang ditangani perusahaan satelit Indonesia itu.
Lalu, pada 2019 ia juga sempat terlibat dalam pengerjaan satelit Nusantara 1 (N1). Namun, kendala finansial di proyek ini membuat Nia dipindahkan ke proyek Satria 1 yang jadi mimpi besar Indonesia untuk memeratakan akses internet di seluruh Indonesia.
Advertisement
Menyesuaikan Diri dengan Banyaknya Laki-Laki di Proyek Satria 1
Bekerja di area engineering satelit yang masih didominasi kaum laki-laki membuat Nia memiliki lika liku tersendiri di dunia kerja.
Nia bercerita, dirinya harus menyesuaikan diri dan bekerja lebih keras untuk bisa beradaptasi di lingkungan kerjanya.
"Jadi banyak laki-laki, memang kita harus menyesuaikan dengan cara kerja dan sosialisasi dengan semuanya. Saya lebih menjadikan mereka tempat belajar," kata Nia, bercerita.
Asal tahu saja, bekercimpung di dunia satelit bukanlah pekerjaan yang diinginkan Nia saat masih kuliah. Sebagai lulusan Aerospace Engineering, Nia lebih ingin bekerja di dunia pesawat terbang, tepatnya pesawat nirawak.
Ia bahkan membayangkan dirinya bekerja merancang pesawat tanpa anak dan menguji terbang dengan remote control.
"Cuma memang hidup membawa saya ke dunia yang tidak bisa saya perkirakan dan saya harus bertanggung jawab dengan setiap keputusan yang sudah saya ambil," kata Nia.
Tak Segan Kembali ke Indonesia Meski Tuntut Ilmu Jauh di Amerika
Nia yang lama mengemban ilmu di Amerika Serikat tak malu kembali ke Indonesia. Pasalnya, generasi muda yang telah malang melintang di luar negeri biasanya punya keinginan bekerja di perusahaan internasional.
Namun, ada satu alasan yang membuat Nia punya tekad kembali ke Tanah Air dan terlibat dalam pembuatan satelit. Alasan tersebut adalah rasa nasionalismenya.
"Satelit ini adalah proyek untuk NKRI. Tidak banyak orang tahu siapa yang membuat satelit. Yang mereka tahu adalah layanan yang sudah beroperasi. Dan saya juga ingin PSN menjadi contoh jika Indonesia ternyata bisa," ujar Nia, menandaskan.
Kisah Nia ini jadi makin membanggakan, pasalnya di usianya yang masih terbilang muda, Nia jadi perempuan Indonesia pertama yang menjadi Customer Launch Director di SpaceX. Customer Launch Director adalah merupakan pihak yang menentukan roket SapceX Falcon 9 ini mengangkasa atau tidak.
Advertisement
Nia Ajak Generasi Muda Indonesia Terbiasa dengan Tantangan
Jadi perempuan muda yang inspiratif, Nia pun berbagi tips bagi anak-anak muda yang ingin sukses di dunia kerja. Salah satunya adalah untuk tidak terjebak dalam zona nyaman.
"Kita harus terbiasa dengan challenge, dengan begitu akan membagi kita lebih berkembang," kata Nia.
Nia juga mengajak generasi muda yang sudah memutuskan berkarier di satu bidang untuk terus menekuninya, meski bukan bidang yang diinginkan.
Ia menyontohkan dirinya sendiri yang tercemplung ke dunia satelit. Tidak menyerah, Nia terus belajar dan berusaha memberikan yang terbaik dengan penuh kegigihan.