8 Uang Tebusan Terbesar yang Didapat Hacker dari Serangan Ransomware

Berikut adalah uang tebusan terbesar yang dikantongi oleh kelompok hacker dari serangan ransomware.

oleh Iskandar diperbarui 01 Jul 2024, 13:35 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2024, 10:30 WIB
Ransomware Bisa Serang Data Kesehatan, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Ransomware Bisa Serang Data Kesehatan, Bagaimana Cara Mencegahnya? Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan ransomware makin menjadi perhatian masyarakat Indonesia setelah server Pusat Data Nasional (PDN) disandera oleh kelompok ransomware bernama Brain Chipher pada Kamis (20/6/2024).

Direktur Network & IT Solution Telkom Group, Herlan Wijanarko, memaparkan bahwa pelaku serangan ransomware Brain Chipher meminta tebusan agar data PDN bisa kembali.

"Mereka meminta tebusan senilai USD 8 juta (sekitar Rp 131 miliar)," ucap Herlan saat konferensi pers di Kantor Kemkominfo Jakarta, Senin (24/6/2024).

Serangan ransomware sendiri telah berkembang menjadi ancaman digital yang terus menghantui berbagai organisasi di seluruh spektrum.

Bayangkan, data berharga sebuah perusahaan hingga pemerintahan disandera, dienkripsi menjadi teka-teki digital, dan satu-satunya jalan keluar adalah uang tebusan yang besar.

Nah, berikut adalah uang tebusan terbesar yang dikantongi oleh kelompok hacker dari serangan ransomware, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber.

1. CNA Financial - Rp 655 Miliar

Pada Maret 2021, CNA Financial, sebuah perusahaan asuransi besar di Amerika Serikat (AS), menghadapi serangan ransomware yang memecahkan rekor.

Perusahaan membayar peretas sebesar USD 40 juta (sekitar Rp 655 miliar) untuk mendapatkan kembali kendali data mereka setelah dikunci selama dua minggu.

2. Perusahaan Pengolahan Daging JBS - Rp 180 Miliar

Dalam pertarungan dunia maya pada Mei 2021, perusahaan pengolahan daging JBS menghadapi serangan ransomware.

Mulai dari terganggunya pusat produksi daging sapi di AS hingga permasalahan daging sapi di Australia, serangan tersebut menyebabkan JBS kehilangan USD 11 juta (sekitar 180 miliar) dalam bentuk Bitcoin.

Pelaku serangan diduga kuat dilakukan oleh kelompok hacker populer bernama REvil yang terkait dengan Rusia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


3. Perusahaan Travel Global CWT - Rp 74 Miliar

Ilustrasi Ransomware
Ilustrasi Ransomware. (Image by DC Studio on Freepik)

Pada Juli 2020, perusahaan travel global CWT menghadapi serangan ransomware Ragnar Locker yang terkenal kejam.

Para peretas menuntut uang tebusan sebesar USD 4,5 juta (sekitar Rp 74 miliar) dalam bentuk Bitcoin, mengancam akan mengungkap data sensitif klien. Dengan 30.000 komputer dalam bahaya, CWT akhirnya memilih untuk membayar.

4. Sistem Infrastruktur Minyak Colonial Pipeline - Rp 72 Miliar

Pada Mei 2021, serangan ransomware di Colonial Pipeline (sistem infrastruktur minyak terbesar di AS), memicu kekisruhan pembelian dan kekurangan bahan bakar di sepanjang East Coast.

Kelompok DarkSide, yang diyakini beroperasi dari Rusia, mengatur serangan tersebut. Serangan ini mengakibatkan pembayaran tebusan sebesar USD 4,4 juta (sekitar Rp 72 miliar) dalam bentuk Bitcoin.

 


5. Distributor Bahan Kimia Brenntag - Rp 72 Miliar

Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau Wannacry
Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau yang disebut juga Wannacry (iStockphoto)

Pada Juli 2020, distributor bahan kimia global Brenntag di Amerika Utara diserang oleh kelompok ransomware DarkSide.

Mereka mengenkripsi perangkat dan mencuri 150 GB data sensitif. Setelah bernegosiasi, Brenntag membayar uang tebusan USD 4,4 juta (sekitar Rp 72 miliar) dalam bentuk Bitcoin untuk mencegah kebocoran data.

Untungnya, informasi yang dicuri tidak disalahgunakan.

6. Layanan Penukaran Mata Uang Travelex - Rp 38 Miliar

Travelex menghadapi uang tebusan sebesar USD 6 juta dari kelompok ransomware Sodinokibi pada malam tahun baru 2019.

Mereka akhirnya membayar USD 2,3 juta (sekitar Rp 38 miliar) setelah negosiasi, sehingga website milik perusahaan di 30 negara cepat pulih.

Para peretas, yang dipersenjatai dengan data sensitif selama enam bulan, mengancam akan melelangnya kecuali dibayar segera.

Respons cepat Travelex bersama penegak hukum dan spesialis TI, mengklaim telah berhasil mengamankan data.

 


7. Perusahaan Retailer FatFace

Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau Wannacry
Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau yang disebut juga Wannacry (iStockphoto)

Pada Januari 2021, perusahaan retailer Inggris FatFace menghadapi serangan ransomware yang dipicu oleh satu email phishing.

Kelompok hacker Conti mengenkripsi sistem dan mengambil 200GB data, menuntut bayaran sebesar USD 8 juta.

Setelah negosiasi yang intens, uang tebusan turun menjadi USD 2 juta (sekitar Rp 33 miliar), namun informasi sensitif pelanggan dan karyawan tetap bocor.

8. Universitas California, San Fransisco.

Pada bulan Juni 2020, Universitas California, San Francisco (UCSF) bergulat dengan serangan ransomware yang dirancang oleh kelompok Netwalker.

Saat staf TI berupaya untuk mengatasi ancaman tersebut, obrolan langsung di balik layar di dark web mengungkap tekanan finansial yang semakin parah akibat pandemi.

Dengan negosiasi yang rumit, pembayaran tebusan UCSF adalah senilai USD 1,14 juta (sekitar Rp 19 miliar).

 


Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Beragam Model Kejahatan Siber
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya