Ukraina Larang Militer Pakai Telegram karena Takut Diintip Rusia

Otoritas Ukraina melarang penggunaan Telegram di kalangan militer dan orang-orang yang berkaitan dengan keamanan nasional. Hal ini untuk memastikan bahwa tiap pembicaraan penting terkait keamanan nasional tidak diintip oleh pihak Rusia.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 24 Sep 2024, 10:31 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 10:31 WIB
Logo Aplikasi Telegram
Logo Aplikasi Telegram

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Ukraina mengambil langkah tegas terhadap Telegram. Mereka memblokir penggunaan aplikasi pesan Telegram besutan Pavel Durov untuk sejumlah orang.

Orang-orang yang dilarang memakai Telegram di Ukraina adalah mereka yang memiliki peran-peran penting bagi negara tersebut. Misalnya, orang penting di bidang infrastruktur dan personel militer.

Mengutip Gizchina, Selasa (24/9/2024), alasan Ukraina blokir Telegram sebagai respon terkait kemungkinan Rusia akan memata-matai percakapan orang-orang penting ini di Telegram.

Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional Ukraina memutuskan hal ini setelah mendapatkan bukti bahwa pasukan khusus alias secret services Rusia bisa mengakses pesan-pesan yang dikirimkan di Telegram.

Salah satu petinggi badan intelijen militer Ukraina bahkan menyertakan bukti kalau otoritas Rusia bisa melacak dan membaca pesan yang dikirimkan di Telegram, meski pesan-pesan ini sudah dihapus.

Dengan memblokir penggunaan Telegram bagi sejumlah orang penting, lembaga tersebut bermaksud melindungi keamanan nasional Ukraina dan menghentikan kemungkinan bocornya informasi sensitif.

Meski begitu, pemblokiran ini tak berlaku bagi semua orang. Pemblokiran hanya dilakukan pada perangkat yang digunakan oleh orang-orang di lembaga pemerintah, militer dan pekerja yang tugasnya terkait dengan keamanan nasional.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Masyarakat Umum Masih Bisa Akses Telegram

Pavel Durov
Pavel Durov, CEO Telegram. (Foto: Instagram)

Masyarakat umum Ukraina masih bisa mengakses Telegram di smartphone atau komputer mereka. Hal ini memastikan bahwa aplikasi Telegram masih bisa dipakai untuk tujuan personal dan menghindari kemungkinan adanya serangan atau akses pesan oleh pihak musuh.

Meski Telegram dilarang dipakai oleh sejumlah pekerja tertentu, aplikasi pesan dengan logo pesawat kertas biru ini begitu populer di Ukraina. Berdasarkan data, 75 persen masyarakat Ukraina menggunakan Telegram untuk saling terhubung dengan teman-teman dan keluarga mereka.

Tidak hanya itu, lebih dari 70 persen orang juga bergantung Telegram untuk mendapatkan update berita terkini. Keputusan pemerintah Ukraina untuk melarang penggunaan Telegram bagi sejumlah orang ditekankan, murni karena aspek keamanan.

 


Suksesnya Telegram di Ukraina Bikin Susah Ditinggalkan

Telegram
Ilustrasi Telegram. (Doc: Newsweek)

Asal tahu saja, Telegram sendiri memiliki sejarah panjang di Rusia dan Ukraina. Telegram dipakai oleh jutaan orang di Rusia dan Ukraina.

Pendiri Telegram Pavel Durov yang merupakan orang Rusia meninggalkan negara lahirnya itu sejak 2014 silam. Kini, Telegram bermarkas di Dubai.

Selain Telegram, Durov juga menciptakan VKontakte, platform media sosial yang kini masih dipakai banyak orang Rusia. Durov membuat platform tersebut dan menjualnya sebelum meninggalkan Rusia.

Sejauh ini Telegram merupakan aplikasi pesan yang begitu populer sebagai sumber berita dan komunikasi. Makanya, Telegram menjadi aplikasi yang penting bagi mereka yang tinggal di Rusia dan Ukraina.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya