Liputan6.com, Jakarta - DeepSeek, model AI yang dikembangkan laboratorium asal China membuat perusahaan teknologi di Silicon Valley ketar-ketir.
Bagaimana tidak, lab AI yang didirikan oleh Liang Wenfeng ini diklaim lebih cepat dan terjangkau ketimbang ChatGPT buatan OpenAI.
Baca Juga
DeepSeek AI ini langsung mencuri perhatian banyak pihak karena mampu menciptakan model AI hanya dalam waktu dua bulan, biaya kurang dari USD 6 juta, dan dikembangkan menggunakan chip Nvidia H800.
Advertisement
Sontak kehadiran DeepSeek ini memicu respons dari Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald Trump.
Dalam pernyataan yang dikutip dari South China Morning Post, Selasa (28/1/2025), Trump menyebut kehadiran AI asal China ini menjadi peringatan keras bagi sektor teknologi Amerika.
"Beberapa hari ini, saya membaca tentang China dan beberapa perusahaan di China, khususnya satu perusahaan, menemukan metode AI lebih cepat dan jauh lebih murah," ujar Trump.
Ia menambahkan, "peluncuran DeepSeek AI seharusnya menjadi peringatan bagi industri kita, kita perlu fokus untuk bersaing demi menang, karena kita memiliki ilmuwan-ilmuwan terhebat di dunia”.
Persaingan Amerika Serikat dengan China di bidang AI semakin panas. Tampil dengan investasi besar-besaran, perusahaan teknologi China berhasil menyaingi inovasi yang sebelumnya didominasi AS.
Akan seperti apa langkah selanjutnya dari OpenAI atau Google terkait semakin populernya DeepSeek AI?
Perusahaan AS Kucurkan Dana Besar untuk AI
Lebih lanjut, perusahaan-perusahaan AS selama ini berlomba mengucurkan investasi besar-besaran untuk bisa membuat AI terbaik lengkap dengan data center-nya.
Sebagai informasi, dalam serangkaian tes benchmark pihak ketiga, model AI DeepSeek disebut mampu mengungguli model AI Meta, Llama 3.1, GPT-4o milik OpenAI, serta Claude Sonnet 3.5 milik Anthropic.
Keunggulan tersebut dalam hal akurasi pemecehan masalah kompleks hingga matematika dan pengkodean.
Sebelumnya, DeepSeek juga merilis DeepSeek r1, model penalaran yang juga mengungguli model penalaran o1 milik OpenAI dalam berbagai pengujian pihak ketiga.
Advertisement
Jadi Ancaman Buat Perusahaan AS
CEO Microsoft Satya Nadella berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos pada Swiss, Rabu lalu tentang DeepSeek.
"Melihat model AI baru DeepSeek, sangat mengesankan dalam hal bagaimana mereka membuat open source yang melakukan komputasi secara efektif dan efisien," kata Nadella.
Ia pun menegaskan, perusahaan teknologi AS perlu menanggapi perkembangan AI Tiongkok ini dengan sangat serius.
Meski punya kemampuan yang digadang-gadang melampaui milik perusahaan AS, DeepSeek juga harus mengatasi pembatasan semikonduktor dan chip yang diberlakukan AS ke Tiongkok. Aturan ini memutus akses Tiongkok ke chip paling canggih, H100 milik Nvidia.
Namun, kemajuan baru Tiongkok dengan DeepSeek AI-nya memperlihatkan kalau laboratorium ini mulai menemukan cara mengakali aturan tersebut. Mereka seolah membuktikan kalau pembatasan ekspor bukanlah hambatan yang tak bisa diatasi.
Tentang DeepSeek
Sekadar informasi, menurut laporan media setempat, laboratorium DeepSeek AI didirikan oleh Liang WenFeng. DeepSeek lahir dari pendanaan bernama High Flyer Quant yang mengelola aset sebanyak USD 8 miliar.
Meski begitu, DeepSeek bukanlah satu-satunya perusahaan Tiongkok yang berupaya mengembangkan teknologi kecerdasan buatan.
Peneliti AI terkemuka di Tiongkok, Kai-Fu Lee belum lama ini mengungkapkan, startup mereka, 01.ai melatih model AI hanya dengan dana sebesar USD 3 juta.
Selain itu, perusahaan induk TikTok, ByteDance juga merilis sebuah update model AI barunya yang mengklaim bisa mengungguli performa o1 milik OpenAI dalam sebuah tes benchmark.
Menanggapi kebangkitan laboratorium dan startup AI Tiongkok, CEO Perplexity Aravind Srinivas mengatakan, "kebutuhan menjadi induk dari segala penemuan."
"Karena mereka harus menjari jalan keluar, pada akhirnya mereka berhasil membangun sesuatu yang jauh lebih efisien," ungkapnya.
Advertisement