Liputan6.com, Jakarta - Industri manufaktur diprediksi bakal menjadi pusat perhatian ekonomi global mengingat performa Amerika Serikat (AS) di sektor tersebut mengungguli beberapa negara lainnya. Bahkan AS berhasil mengungguli China yang terkenal sebagai jawara di industri manufaktur.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (21/4/2014), para ekonom yakin, pesanan untuk sejumlah perangkat komputer dan permesinan buatan AS meningkat ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir pada Maret.
Sementara di kawasan Eropa, laporan para ekonom menunjukkan, pabrik-pabrik di sana dapat tumbuh dengan laju yang sama pada April.
Sementara laporan manufaktur China juga akan bergerak stagnan meskipun pelemahan ekonominya pada April tidak akan separah pada Maret.
Menurut para ekonom yang disurvei Bloomberg, pemesanan barang di AS dengan masa layak pakai sedikitnya tiga tahun tercatat naik 2% bulan lalu setelah menguat 2,2% pada Februari.
Sementara pemesanan perangkat non militer kecuali pesawat juga dinilai naik 1%. Itu merupakan laju tertinggi sejak November 2013.
"Peningkatan investasi di bidang manufaktur masih sangat kuat," ungkap Kepala Renaissance Macro Research Neil Dutta di New York.
Dalam laporannya, dia menjelaskan kecenderungan investasi dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan manufaktur hingga tiga kali lipat. Kondisi itu mengingat investasi berputar bak siklus.
Brett Ryan, ekonom Deutsche Bank Securities Inc. salah satu penyebab tingginya investasi adalah kapasitas produksi yang luas atau ruang pabrik yang masih bisa dimanfaatkan. Potensi pabrik dan tambang yang telah digunakan hingga Maret tercatat sebesar 79,2%.
Sementara itu, sejumlah ekonom melihat kemungkinan 50 pabrik mengalami kontraksi. Sejauh ini, produksi bijih besi yang sempat merosot 8% baru mampu mengalami kenaikan sebesar 5%. Padahal hubungan manufaktur China dan bijih besi sangat kuat.