Liputan6.com, New York - Sejumlah perusahaan asing mungkin tidak terlalu mempermasalahkan terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mengusung perdagangan bebas antara negara anggotanya. Meski begitu, para investor asing berharap pemerintah negara-negara ASEAN tidak bersikap terlalu protektif terhadap asetnya.
"Kami berharap pemerintah negara-negara ASEAN tidak mengambil kebijakan yang lebih proteksionis, dan kami juga mengharapkan adanya lebih banyak terobosan baru di ASEAN," ungkap para investor asing dalam laporan survei Boston Consulting Group seperti dikutip dari CNBC, Jumat (10/10/2014).
Sejauh ini, kemudahan berbisnis di negara-negara ASEAN terbilang sangat variatif. Buktinya, berdasarkan penelurusan Bank Dunia, Singapura berada di peringkat pertama secara global untuk kemudahan berbisnis, sementara Malaysia berada di posisi keenam.
Advertisement
Jauh tertinggal, Laos berada di posisi ke-159 dan Myanmar di peringkat ke-182 sebagai negara dengan kemudahan berbisnis.
"Meski para investor tidak peduli dengan MEA, tapi faktanya para pengusaha swasta masih terus mengeksplorasi kawasan tersebut seperti dapat dilihat di Indonesia, Malaysia dan Thailand," ungkap Senior Ekonom Regional CIMB Song Sen Wun.
Sebenarnya, sebjauh ini investasi langsung asing antar negara ASEAN telah meningkat dari US$ 15,3 miliar pada 2011 menjadi lebih dari US$ 21 miliar tahun lalu. Laporan BCG menunjukkan, ASEAN kini telah mencapai momentum pertumbuhannya.
Bahkan laju persaingan bisnis di ASEAN juga terbilang masih berjalan baik. Terlebih lagi jika pemerintah negara-negara ASEAN terus mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai perdagangan bebas untuk barang, jasa dan tenaga kerja terampil.
Meski begitu, hingga saat ini pemerintah negara-negara ASEAN telah menciptakan banyak peluang bisnis. Semua tergantung pada para investor asing untuk memanfaatkannya. (Sis/Ndw)