Harga Minyak Naik Seiring Ketikdakpastian Negosiasi Nuklir Iran

Harga minyak dalam denominasi dolar mengupas keuntungan seiring penguatan mata uang tersebut.

oleh Nurmayanti diperbarui 10 Apr 2015, 07:24 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2015, 07:24 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik pada Jumat (10/4/2015) ini, seiring penguatan data ekonomi Jerman dan ketidakpastian tentang negosiasi mengenai program nuklir Iran. Bahkan penguatan dolar ikut menahan lambungan harga minyak sehari sebelumnya anjlok 6 persen.

Melansir laman Reuters, harga minyak Brent untuk pengiriman Mei naik US$ 1,02 menjadi US$ 56,57 per barel, setelah mencapai posisi US$ 58,02 per barel.

Adapun harga minyak mentah AS naik 37 sen menjadi US$ 50,79, setelah mencapai US$ 52,07 per barel. Minyak mentah AS mendekati posisi US$ 54 dan menjadi yang terkuat sejak 30 Desember.

Minyak mentah Brent menguat 4 persen intraday sebagai penguatan ekuitas Eropa pada output industri Jerman dan data perdagangan dan pembayaran Yunani pinjaman kepada Dana Moneter Internasional.

Kenaikan juga didukung kabar Iran yang mengatakan hanya akan menandatangani perjanjian nuklir jika semua sanksi atas program nuklirnya yang disengketakan diangkat pada hari yang sama.

"Data Jerman memberikan beberapa kenaikan awal bahkan sebelum dorongan ekonomi yang diharapkan dari bank sentral tentang pelonggaran kuantitatif dan tanda-tanda bahwa kesepakatan dengan Iran tidak akan dapat terjadi," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.

Harga minyak dalam denominasi dolar mengupas keuntungan seiring penguatan mata uang tersebut, yang didorong sentimen bahwa suku bunga AS pasti akan naik.
 
"Menguatnya dolar membantu menarik minyak mentah dari posisi tertinggi dan lompatan besar dalam persediaan," kata Gene McGillian, Analis Senior di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

Data pemerintah pada hari Rabu menunjukkan persediaan minyak mentah AS melonjak 10.950.000 barel ke rekor 482.400.000 pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar dalam 14 tahun. (Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya