Penundaan Kenaikan Suku Bunga AS Bikin Harga Emas Menguat

Harga emas untuk pengiriman Juni naik US$ 7 atau 0,6 persen sehingga menetap di level US$ 1.225,20 per troy ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Mei 2015, 07:40 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2015, 07:40 WIB
Emas
Emas batangan. (Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, New York - Harga emas kembali menunjukkan keperkasaannya dengan terus menguat menuju level tertinggi dalam tiga bulan terakhir pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Indeks Harga Produsen Amerika Serikat (AS) yang menurun memicu harapan bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan menunda kenaikan suku bunga acuan.

Mengutip Wall Street Journal, Jumat (15/5/2015), kontrak paling aktif diperdagangan untuk pengiriman Juni naik US$ 7 atau 0,6 persen sehingga menetap di level US$ 1.225,20 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Harga tersebut hampir menyamai rekor tertinggi pada 13 Ferbuari 2015 yang berada di level US$ 1.227,10 per troy ounce.

Indeks harga produsen AS, sebagai ukuran harga barang dan jasa di negara tersebut turun 0,4 persen pada April 2015 kemarin jika dibandingkan dengan sebulan sebelumnya. Harga inti. kecuali makanan dan energi, turun 0,2 persen.

Realisasi indeks harga tersebut sangat bertentangan dengan estimasi para analis yang disurvei oleh Wall Street Journal. Dalam survei yang dilakukan di awal bulan ini, sebagian besar analis memperkirakan bahwa indeks harga produsen AS baik keseluruhan maupun inti akan naik 0,1 persen.

Tanda-tanda yang dinanti oleh The Fed yang akan menjadi patokan mereka untuk menaikkan suku bunga acuan belum memperlihatkan sinyal positif. Dengan realisasi indeks harga produsen tersebut menguatkan bahwa angka inflasi di Amerika membuat para pelaku pasar memperkirakan bahwa The Fed belum akan menaikkan atau menunda kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat ini.

Dengan realisasi tersebut, maka logam mulia mendapat untung karena masih menjadi pilihan para pelaku pasar untuk menaruh dananya. Pasalnya, dengan suku bunga rendah maka harga logam mulia lebih mudah bersaing dengan aset-aset keuangan yang bunganya masih mendekati 0 persen.

Dengan data-data yang telah ada, banyak investor atau pelaku pasar yang memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan besar baru akan menaikkan suku bunga para semester II 2015 nanti. "Data-data yang ada belum bisa menunjukkan bahwa The Fed akan segera menaikkan bunga," jelas co-founder perusahaan investasi komoditas Logic Advisors,  Bill O’Neill.

Ia melanjutkan, banyak faktor yang mendukung harga emas tetap tinggi dalam jangka pendek ini. angka inflasi yang masih rendah baik di Amerika Serikat atau Eropa dan suku bunga surat utang yang masih cenderung tetap rendah menjadi pendukung harga emas untuk terus menanjak.

"Saya memang tidak akan mematok bahwa harga emas bisa melambung ke level US$ 1.500 per troy ounce, namun untuk bisa mencapai harga US$ 1.250 per troy ounce bukan hal yang sulit dalam beberapa minggu ke depan," jelasnya.

Harga emas juga terdongkrak berkat pelemahan nilai tukar dolar terhadap mata uang lainnya. Wall Street Journal Dollar Index yang merupakan indeks dolar AS terhadap beberapa mata uang dunia menunjukkan bahwa dolar AS mengalami penurunan 0,1 persen. (Gdn/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya