Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat terhadap mata uang utama termasuk Euro dan Yen berdampak ke mata uang negara berkembang sehingga menekan nilai tukar rupiah di awal pekan ini. Penguatan dolar AS didorong dari sentimen kenaikan inflasi sehingga menimbulkan spekulasi kenaikan suku bunga AS tetap dilakukan pada 2015.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Senin (25/5/2015), mencatat nilai tukar rupiah melemah 50 poin menjadi 13.186 per dolar AS. Pada akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah berada di level 13.136 per dolar AS.
Baca Juga
Sementara itu, data valuta asing Bloomberg menunjukkan nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.178 per dolar AS pada pukul 11.24 waktu Jakarta. Sebelumnya, rupiah dibuka menguat tipis 8 poin ke level 13.150 dari penutupan akhir pekan lalu di level 12.158 per dolar AS. Rupiah cenderung bergerak di kisaran 13.148-13.190 per dolar AS.
Advertisement
Ekonom BCA, David Sumual mengatakan, sentimen eksternal lebih kuat menekan nilai tukar rupiah. Pengaruh inflasi AS lebih tinggi pada April membuat harapan bank sentral AS/The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada September 2015.
Selain itu, krisis Yunani juga belum selesai sehingga menekan mata uang Euro. Yunani harus membayar utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada akhir pekan ini. "Sentimen paling kuat masih dari esternal terutama perkembangan ekonomi dari AS," kata David, saat dihubungi Liputan6.com.
Akan tetapi, pelemahan rupiah ini masih ditahan dari sentimen positif kenaikan peringkat Indonesia dari stabil menjadi positif oleh lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P). Hal itu berdampak terhadap penerbitan sukuk global yang mengalami kelebihan permintaan. Jadi ada kepercayaan investor asing terhadap aset rupiah.
"Pemerintah juga akan melelang SUN pada Selasa pekan ini. Hasil lelang SUN juga akan melihat dampaknya seperti apa," tutur David.
Analis pasar uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan, dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama termasuk Euro dan Yen. Hal ini terkait rilis data ekonomi AS pada Jumat pekan lalu. Ditambah rilis notulensi rapat bank sentral AS/The Fed yang menunjukkan belum akan menaikkan suku bunga AS dalam waktu dekat.
"Selama belum ada kepastian soal kenaikan suku bunga AS maka volatilitas rupiah cenderung tinggi," tutur Rully.
Meski demikian, Rully mengatakan, kenaikan prospek peringkat utang Indonesia dari stabil menjadi positif sehingga menahan pelemahan rupiah. Ada harapan peringkat utang Indonesia menjadi invesment grade sehingga berdampak positif ke rupiah. "Nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 13.140-13.180 per dolar Amerika Serikat pada hari ini," kata Rully. (Ahm/)