Sempat Menguat, Harga Minyak Akhirnya Ditutup Turun

Harga minyak mentah jenis Lights untuk pengiriman Juli 2015 turun 5 sen atau 0,1 persen menjadi US$ 59,92 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 18 Jun 2015, 05:15 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2015, 05:15 WIB
Ilustrasi Minyak Dunia
Ilustrasi Minyak Dunia

Liputan6.com, New York - Harga minyak berayun di antara dua sisi positif dan negatif namun akhirnya berakhir turun pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Penurunan terjadi setelah keluarnya pernyataan dari Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (18/6/2015), harga minyak mentah jenis Lights untuk pengiriman Juli 2015 turun 5 sen atau 0,1 persen menjadi US$ 59,92 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah sebelumnya sempat menguat 4 persen.

Sedangkan kontrak minyak Brent yang menjadi patokan global untuk pengiriman Agustus naik 17 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 63,87 per barel. Untuk produk olahan, harga Bensin di AS turun2,4 psen atau 1,1 persen ke US$ 2.100 per galon.

Harga minyak sempat melonjak pada awal perdagangan karena adanya ekspektasi akan data persediaan mingguan di Amerika yang mencerminkan permintaan komersial dan konsumen yang kuat. Namun ternyata laporan tersebut mengecewakan pelaku pasar sehingga harga pun langsung anjlok.

Data Departemen Energi Amerika Serikat memperlihatkan bahwa stok minyak mentah di negara tersebut turun 2,7 juta barel pada pekan lalu, Namun stok bensin justru mengalami kenaikan sebesar 460 ribu barel. Hal tersebut menunjukkan bahwa memang permintaan dari sisi ritel belum terlalu besar.

Realisasi data yang tidak terlalu bagus tersebut kemudian ditimpali dengan pernyataan dari The Fed mengenai rencana kenaikan suku bunga. "Pasar sedang diasah saat ini," jelas pialang Price Futures Group, Phil Flynn.

Pernyataan dari Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Janet Yellen tersebut sedang dimaknai oleh pelaku pasar. Jika dilihat secara jangka panjuang memang terlihat bahwa kenaikan suku bunga tersebut memberikan dampak positif karena terjadi pertumbuhan ekonomi yang baik di Amerika sehingga akan mendorong permintaan minyak.

Namun karena rencana kenaikan suku bunga kemungkinan akan dilakukan secara bertahap maka pelaku pasar melihat bahwa dalam waktu dekat ini belum akan ada permintaan yang cukup tinggi akan minyak sehingga berpengaruh ke harga minyak. (Gdn/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya