Liputan6.com, Serang - Peredaran uang palsu selama bulan Ramadan hingga Idul Fitri meningkat drastis dibanding sebelumnya. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang menukarkan uang ke lembaga yang tak resmi.
"Peredaran uang meningkat selama bulan ramadan ini, untuk itu kami menghimbau kepada masyarakat untuk menukarkan uangnya kepada lembaga formal atau perbankan," kata Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Bank Indonesia (BI) Banten, Budi Widihartanto, seperti ditulis Jumat (26/6/2015).
Budi meminta agar masyarakat selalu waspada dan mengenali uang palsu dengan teliti sehingga dapat terhindar penipuan, khususnya saat bertransaksi di pasar tradisional dan warung warung kecil.
"Kami amati peredaran uang diragukan keasliannya Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu yang banyak ditemukan di masyarakat," terangnya.
Â
Budi meminta agar masyarakat bisa lebih menghargai uang yang beredar. Seperti tidak dihekter apalagi mencoretnya, hal ini akan mempermudah untuk mengenali uang palsu dengan uang asli.
"Lebih baik pakai (transaksi) non tunai, mau ngasih THR ditransfer atau melalui e-Money. Kami juga akan terus lakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri uang rupiah kepada lembaga pemerintahan, pendidikan serta masyarakat," jelasnya.
Tak hanya itu, BI juga telah membuat kerjasama dengan pihak kepolisian untuk menindak tegas setiap pelaku pengedar dan pembuat uang palsu agar tidak lagi meresahkan masyarakat.
Masyarakat pun diminta peran aktifnya untuk memeriksa kondisi uang jika ditemukan kejanggalan, seperti menerapkan pola 3D, Dilihat, Diraba dan Diterawang. Karena banyak para pelaku kejahatan memanfaatkan momen ramadan dan lebaran seperti saat ini.
"Kita (BI) dengan pihak kepolisian sudah membuat dan berjalan badan kordinasi penanggulangan uang palsu," tegasnya. (Yandhi/Ndw)
Â