Khawatir Permintaan Lesu, Harga Minyak Turun ke US$ 47 per Barel

Kekhawatiran permintaan komoditas menurun dari China seiring ekonomi melambat membuat harga minyak tertekan.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Jul 2015, 05:00 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2015, 05:00 WIB
Khawatir Permintaan Lesu, Harga Minyak Turun ke US$ 47 per Barel
Kekhawatiran permintaan komoditas menurun dari China seiring ekonomi melambat membuat harga minyak tertekan.

Liputan6.com, New York - Harga minyak berjangka melemah ke level terendah sejak Maret. Hal itu dipicu dari kenaikan pengeboran rig minyak Amerika Serikat (AS) ditambah indeks saham Shanghai merosot sehingga menambah kekhawatiran terhadap permintaan energi dari China.

Harga minyak West Texas Intermediate melemah 1,6 persen atau 75 sen menjadi US$ 47,39 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak Brent merosot US$ 1,15 atau 2,1 persen menjadi US$ 53,47 per barel. Harga minyak acuan ini sentuh level terendah sejak pertengahan Maret.

Tekanan terhadap harga minyak ini dipicu dari bursa saham China melemah di awal pekan ini. Indeks saham Shanghai turun 8,5 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar dalam satu hari sejak Februari 2007. Analis Schneider Electric, Joseph George mengatakan kekhawatiran pengurangan permintaan dari China menekan harga minyak. China salah satu negara terbesar kedua konsumsi energi.

Selain itu, harga minyak tertekan juga dipicu dari data Baker Hughes Inc. Data tersebut menunjukkan kalau pengeboran minyak AS bertambah 21 pada pekan lalu. Ini kenaikan terbesar sejak Februari 2014.

"Produsen minyak AS kembali mengebor, dan ini paling cepat dalam tiga dekade meski harga minyak melemah. Produksi minyak AS menunjukkan sinyal harga semakin tertekan karena banjir pasokan minyak," ujar George, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (28/7/2015).

Harga minyak acuan AS/WTI pun kini diperdagangkan di level harga rendah dari tahun lalu. Harga minyak masuk tren melemah sejak pekan lalu setelah turun lebih dari 20 persen. Analis mengatakan, harga minyak hadapi tantangan besar di semester II 2015.

Analis Morgan Stanley, Adam Longson menuturkan kini mendekati musim permintaan minyak meningkat, akan tetapi harganya cenderung turun. Sementara itu, produksi minyak terus berlanjut terutama proyek Kanada. (Ahm/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya