Rupiah Tembus 13.900 per Dolar AS, Ini Kata Darmin Nasution

Menko Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan aliran dana investor asing keluar menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 20 Agu 2015, 19:17 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2015, 19:17 WIB
20150812-Rupiah-Anjlok
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum kunjung membaik. Bahkan data Bloomberg menunjukkan nilai tukar rupiah sempat menembus level 13.917 per dolar AS pada Kamis pekan ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan nilai tukar rupiah melemah merupakan dampak psikologis pasar karena devaluasi mata uang China Yuan. Kondisi tersebut diperparah oleh kondisi politik di Malaysia.

"Sebetulnya situasi kita memang terus terang bukannya ada dana segar luar masuk, malah cenderung keluar. Tekanan itu ditambah psikologi pasar karena persoalan devaluasi Yuan. Kemudian Malaysia ada soal politik itu membuat tekanan tinggi," kata dia di Jakarta, Kamis (20/8/2015).

Maka dari itu, Darmin mengatakan keputusan investasi mesti dilakukan secara cepat untuk meningkatkan nilai tukar rupiah. Seperti pemerintah hari ini akhirnya memutuskan untuk membagi dua proyek Light Rail Transit (LRT) yang selama ini tak menemui titik temu.

"Dalam situasi tak ada pasokan dolar masuk dari luar, maka memang rupiah melemah. Itu sebabnya putusan investasi seperti ini penting untuk cepet buka pintu masuk dolar," ujar Darmin.

Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro merasa kesal bila pemerintah dan Bank Indonesia (BI) disebut-sebut sengaja melemahkan nilai mata uang rupiah. "Tidak boleh bicara seperti itu ya (sengaja melemahkan rupiah). Tidak ada yang sengaja. Kita ikuti mekanisme, jadi saya tidak suka omongan begitu," ujar dia.

Bambang menilai, kurs rupiah saat ini sulit menguat karena nilai mata uang negara lain sedang dalam kondisi melemah. Sehingga jika pemerintah dan BI sengaja memperkuat rupiah, maka akan mengganggu daya saing produk Indonesia.

"Rupiah jadi susah menguat karena yang lain juga melemah. Jadi kalau rupiah diperkuat seolah-olah dia menguat terhadap semua mata uang, maka daya saing terganggu," ujar dia.

Bambang menjelaskan, pemerintah dan BI tetap memantau kondisi fundamental rupiah saat ini. Dia menilai bahwa kurs rupiah saat ini berada di bawah harga pasar atau sangat undervalue. Pelemahan kurs rupiah saat ini, diakui dia, lebih disebabkan kebijakan China mendevaluasi Yuan untuk memacu ekspor.

Nilai tukar rupiah masih tertekan di awal perdagangan Kamis 20 Agustus 2015. Sentimen yang menjadi penekan rupiah masih sentimen yang sama dengan sepekan kemarin yaitu devaluasi yuan. Namun, pada perdagangan hari ini masih ada sentimen penekan lain yaitu aksi jual yang dilakukan oleh para trader.

Menurut data Bloomberg, nilai tukar berada pada kisaran level 13.848 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 11.01 WIB. Sejak pagi hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.824 per dolar AS hingga 13.857 per dolar AS. Nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 13.816-13.916 per dolar AS pada Kamis pekan ini.

Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah 0,1 persen menjadi 13.838 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.824 per dolar AS. (Amd/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya