Pertalite 'Curi' 13% Pasar Premium

Animo masyarakat terhadap pertalite cukup baik. Dengan harga jual sedikit lebih mahal dari premium, BBM tersebut laku terjual.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Okt 2015, 18:50 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2015, 18:50 WIB
20151006-Pertalite Mulai Dipasarkan di Lima Kota Sumbangsel-Lampung
Petugas bersiap mengisi BBM Pertalite ke kendaraan pelanggan di SPBU Antasari, Bandar Lampung, Selasa (6/10/2015). Pertamina kembali melakukan uji pasar Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite di lima Provinsi di Sumbagsel. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pertama diluncurkan, varian BBM baru PT Pertamina (Persero) pertalite semakin laku terjual. Lakunya BBM RON 90 itu mengambil 13 persen pasar premium.

Vice President PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan, animo masyarakat terhadap pertalite cukup baik. Buktinya, dengan harga jual sedikit lebih mahal dari premium, BBM tersebut laku terjual.

"Pertalite lebih fleksibel, paling tidak animo tinggi mengambil pasar 13 persen dari Premium," kata Wianda dalam sebuah diskusi, di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (11/10/2015).

Dia juga mengungkapkan, saat ini penjualan Pertalite sudah mencapai 2 juta liter, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang sudah menjual Pertalite mencapri 140 unit tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi.

Lebih jauh dia mengatakan, penjualan pertalite juga bakal digenjot demi menutupi kerugian Rp 12 triliun yang dialami Pertamina. Diketahui Pertamina mengalami kerugian karena menjual premium di bawah harga keekonomian.

Dia menyebut, harga patokan premium saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga minyak mentah dan harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).

Dengan begitu meski harga minyak dunia turun, Pertamina masih mengalami kerugian atas penjualan premium karena harganya lebih rendah dari harga patokan.

"Masih segitu (kerugian Pertamina) kita lihat belum ada penuruna dari ICP, malah lebih tinggi diatas ICP dan minyak mentah US$ 15-16 perbarel. Kondisi pasar seperti itu," kata Wianda. (Pew/Zul)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya