Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2015 tercatat 4,73 persen. Realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut di bawah ekspektasi Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan bisa mencapai 4,8 persen hingga 4,9 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo merespon hasil pengumuman BPS tersebut dengan ekspresi yang kurang menggembirakan. "4,73 persen? Yah....," sambil memejamkan matanya, ketika ditemui di Kantor Kejaksaan Agung, Jakarta, Kamis (5/11/2015).
Ketika itu juga, Agus sejenak terdiam seakan memikirkan apa yang akan dikatakan kepada para awak media. Namun pada akhirnya Agus lebih memilih untuk tidak jadi berkomentar. "Nanti saya baca dulu," tegas dia sembari menutup pintu mobilny‎a dan langsung pergi meninggalkan kantor Kejaksaan Agung.Â
Baca Juga
Seperti diketahui, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2015 sebesar 4,73 persen. Sementara nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Negara untuk periode Juli-September 2015 senilai Rp 2.311,2 triliun.
Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto, mengungkapkan, ‎realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini lebih baik dibanding pencapaian di kuartal sebelumnya. Tercatat, pada kuartal II 2015 pertumbuhan ekonomi RI di level 4,67 persen dan di kuartal I 2015 tercatat 4,72 persen.
Realisasi ini di bawah perkiraan BI. Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9 persen pada kuartal III. Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh belanja pemerintah yang terus meningkat.
"Terkait dengan kuartal III assessment sama sekitar 4,9 persen memang terutama didorong belanja modal pemerintah yang sudah naik 28 persen yoy," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi BI, Yudha Agung.
Dia mengatakan, indikator tersebut dilihat dari melesatnya proyek infrastruktur pemerintah yang kemudian disertai oleh peningkatan penjualan semen.
Namun, pertumbuhan ekonomi ini dirasa masih belum kuat mengingat belanja pemerintah belum memberikan dorongan pada sektor swasta.
"Kami lihat indikator investasi dan konsumsi sektor swasta belum terlalu kuat. Investasi non bangunan, kemudian investasi bangunan sektor swasta komersial belum terlalu kuat. Tidak sekuat pemerintah, pemerintah masih leading," jelas Yudha.
Pihaknya meyakini pertumbuhan ekonomi akan lebih baik pada kuartal IV terutama juga didorong oleh sektor swasta. "Tetapi kami lihat saat ini belum memberikan efek multiplier yang kuat ke sektor swasta," tandas dia.‎ (Yas/Gdn)
Advertisement