Lahan dan Tenaga Kerja Bikin Industri Padat Karya Tersendat

BKPM mencatat untuk minat investasi di sektor padat karya relatif tinggi.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 21 Jan 2016, 21:42 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2016, 21:42 WIB
Kepala BKPM Franky Sibarani megunjungi redaksi Liputan6.
Kepala BKPM Franky Sibarani megunjungi redaksi Liputan6. (Foto: Andrian/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal/BKPM menyatakan, realisasi industri untuk sektor padat karya kurang begitu baik pada 2015.

Untuk ‎industri makanan turun 18,4 persen dari Rp 53,4 triliun tahun 2014 menjadi Rp 43,5 triliun pada 2015. Kemudian industri barang kulit dan sepatu turun 14,6 persen dari Rp 2,4 triliun menjadi Rp 2 triliun.
‎

Kepala BKPM Franky Sibarani  mengatakan, hal tersebut karena disebabkan oleh masalah lahan. Lantaran investor menjumpai harga lahan yang relatif tinggi.

"‎Pertama menyangkut lahan beberapa industri padat karya  terkendala lahan. Bukan tidak ada, industri butuh harga miring artinya sebagian tidak masuk kawasan industri," kata dia Jakarta, Kamis (21/1/2016).

Kemudian, investor kesulitan mencari tenaga kerja. Hal ini disebabkan investor melirik daerah di kawasan tengah Indonesia.

"Kedua menyangkut tenaga kerja dalam 2015 ternyata karena pergeseran dari barat ke tengah. Beberapa investor sulit mendapat tenaga kerja, jadi ini dua pekerjaan rumah kami harus selesaikan 2016, tenaga kerja dan lahan," jelas dia.

Meski begitu, dia bilang‎ minat investasi untuk sektor padat karya relatif tinggi. Dia mencatat izin prinsip yang masuk mencapai Rp 214 triliun.

Franky mengatakan, hal itu disebabkan karena kebijakan mengenai formula pengupahan. Itu memberikan kepastian kepada investor untuk merencanakan bisnisnya.
‎

"Jaminan keamanan kami monitor Oktober-Desember biasanya peningkatan  angka demo sejak Agustus atau September dan November paling tinggi soalnya penentuan upah. Tahun 2015 relatif terkendali biasanya Batam panjang," tandas dia. (Amd/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya