Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menargetkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,2 persen di 2016. Proyeksi tersebut akan didorong dengan konsistensi menjalankan empat stimulus, termasuk melihat ruang pelonggaran moneter pada tahun ini.
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi mulai kembali membaik pada kuartal III dan IV 2015. Ditandai dengan peningkatan investasi dari pemerintah, walaupun di sektor swasta masih lesu.
BI, lanjutnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2015 sebesar 4,9 persen atau mendekati 5 persen. Sementara realisasi di kuartal sebelumnya 4,73 persen. Dengan demikian, proyeksi tersebut dapat menggenapkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 di kisaran 4,7 persen-5,1 persen sesuai target BI.
"Sektor yang mulai kelihatan pertumbuhannya adalah konstruksi, transportasi, listrik. Dengan stimulus fiskal yang lebih cepat dan lebih awal saya kira akan memberi suatu stimulus kepada ekonomi RI, termasuk dari investasi swasta," jelasnya di Jakarta, Senin (25/1/2016).
Baca Juga
Perry mengklaim, empat stimulus hasil kerjasama dengan pemerintah sudah berjalan, yakni stimulus fiskal, reformasi struktural, stimulus makroprudensial dan diperkuat dengan pelonggaran moneter. Menurutnya, stimulus tersebut akan membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik.
"Empat stimulus ini sudah mendorong pertumbuhan ekonomi. Tapi jangan diharapkan langsung melonjak. Karena sudah mulai di bawah, bisa meningkat, jadi saya kira 5,2 persen pertumbuhan ekonomi di tahun ini bisa tercapai," ujarnya.
Kata Perry, proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut sudah memperhitungkan penurunan harga komoditas di tahun ini sebesar 10 persen akibat anjloknya harga minyak dunia.
Lebih jauh diterangkannya, BI telah menjalankan stimulus makroprudensial dengan relaksasi kebijakan Loan to Value (LTV). Sementara stimulus moneter dapat berupa penurunan suku bunga dan likuiditas.
"Tapi kan pelonggaran moneter lebih lanjut akan dilakukan setelah melakukan assessment menyeluruh terhadap ekonomi domestik, seperti pertumbuhan ekonomi, defisit transaksi berjalan. Jika semuanya sesuai perkiraan, masih ada ruang untuk pelonggaran moneter," papar Perry.
Dari sisi global, Perry bilang, pelonggaran moneter harus memperhitungkan rencana kenaikan tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan 50 basis poin dari prediksi 100 basis poin. Serta ekonomi dan kebijakan moneter di China akan menjadi pertimbangan BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) selanjutnya.
"Saya tidak bisa katakan lebih lanjut karena akan dibicarakan di RDG. Tapi kita sudah menjalankan empat stimulus dari kebijakan ekonomi. Ini adalah sinyal kuat bahwa waktunya ekonomi kita pulih," jelas Perry. (Fik/Gdn)