Tren Deflasi Diramal Berlanjut hingga Mei

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Februari 2016 terjadi deflasi sebesar 0,09 persen.

oleh Septian Deny diperbarui 01 Mar 2016, 18:48 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2016, 18:48 WIB
20151103-Ilustrasi Deflasi-iStockphoto
Ilustrasi Deflasi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Februari 2016 terjadi deflasi sebesar 0,09 persen. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Januari yang mengalami inflasi sebesar 0,51 persen. Tren deflasi ini diperkirakan akan berlanjut pada bulan depan, bahkan hingga Mei 2016.

Direktur Keuangan Negara dan Analisa Moneter Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Sidqi Lego Pangesthi Suyitno mengatakan, jika diperhatikan pada siklus tahunan, pada Maret hingga Mei kecenderungan mengalami deflasi. Pasalnya pada periode tersebut sektor pertanian mulai memasuki panen raya.

"Maret justru kan panen raya. Biasanya kan Februari lebih tinggi karena puncaknya paceklik. Mudah-mudahan Maret nanti makin bagus. Tapi memang Maret secara siklus itu deflasi, sampai Mei malah," ujarnya di Jakarta, Selasa (1/3/2016).

 

Meski demikian, lanjut Sidqi, siklus tersebut bisa saja berubah. Saat Februari mengalami deflasi seperti saat ini, Maret bisa saja justru inflasi. Hal tersebut tergantung dari ketersediaan pasokan pangan pada bulan depan dan bulan-bulan berikutnya.

"Tapi kan kita kadang tidak tahu, ada saja yang kita tidak mengerti. Ketidakpastian itu kan selalu ada. Tapi secara normal Maret-April itu deflasi, Mei bisa deflasi tapi kecil. Tergantung nanti ada gangguan pasokan pangan itu kita tidak tahu. Kita tidak tahu si kartel main, daging sapi saja bisa dimainkan," tandasnya.

Seperti diketahui, BPS melaporkan pada Februari 2016 terjadi deflasi sebesar 0,09 persen. Adapun tingkat inflasi untuk tahun kalender (Januari–Februari) 2016 tercatat sebesar 0,42 persen. Dan tingkat inflasi untuk tahun ke tahun (Februari 2016 terhadap Februari 2015) sebesar 4,42 persen. Sementara komponen inti mengalami inflasi 0,31 persen, dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun 3,59 persen.

Kepala BPS Suryamin menyebutkan, dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 52 mengalami deflasi dan 30 kota inflasi. "Deflasi tertinggi di Merauke 2,95 persen, terendah Sibolga, Bogor, Sumenep dan Makasar masing-masing sebesar 0,02 persen," jelas dia di Jakarta, Selasa (1/3/2016).

Dia mengatakan, Februari tahun ini kedua kalinya terjadi deflasi sejak 2010. Deflasi pernah terjadi pada Februari 2015 sebesar 0,36 persen. Sementara di 2014 mengalami inflasi sebesar 0,26 persen, 2013 inflasi 0,75 persen, 2012 inflasi tercatat 0,05 persen. Sementara pada 2011, inflasi sebesar 0,13 persen dan 2010 inflasi 0,3 persen. (Dny/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya