Harga Minyak Kembali Turun di Bawah US$ 50 per Barel

Produksi minyak dalam negeri telah menurun dalam beberapa bulan terakhir karena harga minyak yang rendah.

oleh Nurmayanti diperbarui 11 Jun 2016, 05:15 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2016, 05:15 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun di bawah US$ 50 per barel di akhir pekan ini, dipicu terjadinya kenaikan aktivitas pengeboran di AS.

Melansir laman Wall Street Journal, Sabtu (11/6/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Juli turun US$ 1,49 atau 2,9 persen menjadi US$ 49,07 per barel di New York Mercantile Exchange. Secara mingguan, kontrak naik 0,9 persen.

Sementara harga minyak Brent, patokan global, turun US$ 1,41 atau 2,7 persen ke posisi US$ 50,54 per barel di ICE Futures Europe. Harga naik 1,8 persen secara mingguan.

Harga minyak telah melaju sekitar 90 persen sejak mencapai posisi terendah dalam satu dekade pada tahun ini. Ini setelah terjadinya pemadaman pasokan di seluruh dunia memicu harapan bahwa kelebihan pasokan global minyak mentah akan menyusut lebih cepat dari harapan.

Namun, beberapa pengamat pasar memperingatkan bahwa laju yang tajam dapat mendorong produsen untuk meningkatkan output, untuk menjaga pasar kelebihan pasokan.

Jumlah rig pengeboran minyak di AS naik pada tiga pekan ini yang menjadi kenaikan kedua berturut-turut, menurut Baker Hughes Inc.

Produksi minyak dalam negeri telah menurun dalam beberapa bulan terakhir karena harga minyak yang rendah mendorong perusahaan untuk memotong pengeluaran untuk pengeboran baru.

Namun dengan tingkat harga sekarang ini membuat pengeboran lebih ekonomis untuk beberapa perusahaan. Analis mengatakan jumlah rig mungkin terus meningkat dan penurunan produksi AS mungkin melambat. Ini bisa, pada gilirannya, mengancam pemulihan harga.

"Produksi setidaknya harus menstabilkan dan tidak terus terjadi lebih rendah. Ini adalah awal dari sebuah tren, dan jika terus terjadi ... Saya pikir risiko akan terjadi downside pada harga," ujar Tariq Zahir, anggota Tyche Capital Advisors. Analis juga mengatakan bahwa serentetan pemadaman pasokan dari Nigeria ke Kanada akan terus mendukung harga. Gangguan ini telah menurunkan lebih dari 3 juta barel kelebihan minyak di pasar dalam beberapa pekan terakhir.


Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya