Liputan6.com, Jakarta - Posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Jumat pekan ini. Hasil sementara voting referendum Inggris yang menunjukkan Inggris akan keluar dari Uni Eropa (UE) atau disebut Britain Exit (Brexit) membayangi mata uang Asia termasuk rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat siang (24/6/2016), posisi rupiah berada di kisaran 13.477 per dolar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah melemah 229 poin dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 13.248 per dolar Amerika Serikat.
Rupiah sempat dibuka menguat ke level 13.218 per dolar AS. Rupiah pun bergerak di kisaran 13.218-13.530 per dolar AS pada Jumat siang ini.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Jumat pekan ini melemah ke kisaran 13.296 per dolar AS dari posisi 23 Jun1 2016 di level 13.265 per dolar AS.
Baca Juga
Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menuturkan, nilai tukar rupiah melemah dipengaruhi sentimen hasil voting sementara referendum Inggris. Dari hasil voting sementara itu menunjukkan masyarakat Inggris ingin Inggris keluar dari Uni Eropa (UE). Hal itu, menurut Joshua menimbulkan kontraksi di pasar keuangan terutama di Asia.
"Hampir seluruh market Asia kontraksi termasuk rupiah melemah dibandingkan mata uang lainnya. Sterling juga melemah ke level terendah dalam 30 tahun. Ini juga akhirnya berdampak negatif ke rupiah sehingga tembus 13.430," jelas Joshua saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (24/6/2016).
Ia menuturkan, tekanan terhadap rupiah tersebut lantaran pasar terkejut dari hasil voting sementara referendum Inggris. Dalam tiga polling terakhir menunjukkan kalau Inggris akan tetap bertahan di Uni Eropa. Namun pada hasil voting sementara antara masyarakat Inggris yang ingin bertahan dan keluar bersaing ketat.
Joshua menjelaskan bila Inggris keluar dari Uni Eropa maka akan memperburuk defisit neraca perdagangannya.
"Ada trade barrier atau perbatasan dengan Uni Eropa. Ini akan mempengaruhi ekonomi Inggris. Bank sentral Inggris juga akan memangkas suku bunga acuannya jadi 0,25 persen dari 0,50 persen. Pasar komoditas di Inggris pun juga turun," kata Joshua.
Akan tetapi, Joshua menilai, sentimen Inggris tersebut berdampak tidak langsung ke Indonesia. Lantaran hubungan perdagangan Indonesia dengan Inggris belum terlalu kuat. "Perdagangan ke Indonesia cukup rendah. Kontribusinya hanya kurang dari satu persen dari total ekspor. Namun memang berdampak ke rupiah," kata Joshua.
Lebih lanjut ia menuturkan, pelaku pasar cenderung melepas rupiah, dan memegang dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu membuat dolar AS cenderung menguat.
Joshua memperkirakan tekanan terhadap rupiah hanya sementara. Bank Indonesia (BI) akan melakukan intervensi pasar untuk menjaga nilai tukar rupiah. Â
 "Bila tidak ada langkah antisipasi maka rupiah akan tertekan. Rupiah akan bergerak di kisaran 13.400-13.600 per dolar AS. Nilai fundamental rupiah di kisaran 13.500 per dolar AS. Namun BI akan terus jaga kestabilan rupiah," kata dia. (Ahm/Ndw)
Advertisement