Harga Pangan Masih Mahal Meski Banjir Impor, Ini Penyebabnya

Pemerintah masih membuka keran impor pangan, seperti daging sapi ke pasar untuk mencukupi stok dan menekan harga di dalam negeri.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Agu 2016, 08:15 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2016, 08:15 WIB
20160125-Harga Daging Sapi di Jakarta Melonjak Hingga Rp 130 Ribu/Kg-Jakarta
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (25/1). Peraturan Pemerintah yang membebankan pajak 10% untuk setiap penjualan sapi impor berdampak pada naiknya harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah masih membuka keran impor pangan, seperti daging sapi ke pasar untuk mencukupi stok dan menekan harga di dalam negeri. Sayangnya, upaya tersebut tak kunjung berhasil meredam gejolak harga karena berbagai faktor lain.

"Itu masalah klasik," tegas Ekonom Bank Central Asia Raya (BCA), David Sumual saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (1/8/2016).

Penyebab harga pangan tak kunjung turun, dikatakannya, karena masalah distribusi dan logistik. David meminta supaya pemerintah mempermudah proses perizinan bagi para pengusaha di sektor distribusi pangan. Persoalan lainnya, perencanaan mengenai kebutuhan pangan harus akurat untuk menjaga ketersediaan stok.

"Kalau di luar negeri, gudang-gudang penyimpanan pangan dengan ukuran besar, seperti beras, ayam, daging bisa dibekukan. Cabai bawang saja bisa dibikin bubuk. Juga Bulog bisa bermain ketika permintaan tinggi saat Lebaran," jelas dia.

David berharap, pemerintah dapat membuat perencanaan atau kebijakan pangan dalam jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas pangan di dalam negeri. Cara lain, melakukan revitalisasi nelayan dan menjaga kedaulatan wilayah Indonesia demi ketahanan pangan yang berasal dari laut.

"Perlu juga melakukan sosialisasi alternatif pangan lain sumber protein hewani, di samping daging, yakni ikan," saran David.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, fokus pemerintah adalah mengembangkan kebijakan pangan untuk jangka menengah mengingat tren harga pangan dunia mengalami kenaikan akibat susutnya produksi. Penyebabnya tentu saja faktor cuaca.

"Karena harga pangan di dunia kecenderungannya naik, dan kita tidak mau Indonesia tidak punya kebijakan pangan yang jelas. Paling tidak kita harus menyelesaikan masalah paling utama di pangan, apakah beras, daging, gula, jagung atau bawang," terangnya.

Dia mencontohkan, harga bawang di pasar masih terbilang tinggi. Sementara di Asia Tenggara, produksi bawang mengalami penurunan akibat musim kemarau. Dengan begitu, pemerintah perlu menyiapkan kebijakan pangan dalam jangka menengah.

"Tidak harus langsung swasembada, tapi kalau kurang ya bisa impor. Tapi kebijakan dari tahun ke tahun harus mengarah ke swasembada pangan," harap Darmin.

Kebijakan pangan ini akan dituangkan dalam paket ekonomi ke-13. Pemerintah, sambung Darmin, ingin mengimpor sapi bakalan dari petani bukan hanya ke feedloter (tempat penggemukan sapi).

Petani ini, lanjutnya, tergabung dalam sebuah kelompok atau paguyuban sehingga yang dihasilkan bukan hanya 1-2 ekor, melainkan 50-70 ekor sapi.

"Jadi petani bisa untung. Kita sedang cari waktu keluarkan paket kebijakan 13, mungkin minggu depan lah. Jangan sekarang," pungkas Darmin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya