BI: Pemangkasan Anggaran Bikin Kepercayaan Pasar Meningkat

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah menyetujui pemangkasan anggaran dalam APBNP 2016 sebesar Rp 133 triliun.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 04 Agu 2016, 14:26 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2016, 14:26 WIB
20160727-Gubernur BI, Agus Martowardojo Jadi Pembicara-Jakarta
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo (tengah) meninggalkan ruangan usai menjadi pembicara kunci seminar nasional di Kampus Trilogi, Jakarta, Rabu (27/7). Seminar membahas Evaluasi Paket, Evaluasi Ekonomi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah menyetujui pemangkasan anggaran dalam APBNP 2016 sebesar Rp 133 triliun dan pemangkasan target pajak mencapai Rp 219 triliun.

Menanggapi keputusan pemerintah itu, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menilai apa yang dilakukan pemerintah sangatkah positif. Dengan adanya revisi ini membuat fiskal Indonesia lebih realistis.

"Penerimaan negara sulit untuk dicapai seperti yang dicantumkan di APBNP lalu diputuskan revisi menurut saya itu kebijakan yang baik. Dan kami yakin itu ciptakan confidence pasar," kata Agus di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (4/8/2016).

Namun dengan pemangkasan anggaran ini apakah bakal mempengaruhi asumsi makro yang selama ini diperkirakan Bank Indonesia, Agus belum bisa memastikannya. Pengaruh itu menurut Agus sangat tergantung alokasi mana saja yang akan dipangkas.

Sampai saat ini Bank Indonesia masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2016 pada kuartal II sebesar 4,94 persen, kuartal III 5,2 persen dan untuk keseluruhan tahun sebesar 5,09 persen.

Agus meyakini, pertumbuhan ekonomi itu akan jauh lebih baik di tahun depan. Terlebih pada 2017, akan menjadi tahun dimana masuknya dana-dana repatriasi dari program tax amnesty mulai terasa.

Dia menyarankan, para pemilik dana yang sudah dipindahkan ke Indonesia itu untuk lebih diarahkan ke investasi langsung, seperti peningkatan hasil jagung, gula dan lain sebagainya.

‎"Tapi kalau hanya disimpan di dana tabungan atau deposito itu kurang produktif‎," tutup Agus. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya