Ini yang Bikin Deflasi Agustus Terendah Selama 15 Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi deflasi di Agustus 2016 sebesar 0,02 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Sep 2016, 14:19 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 14:19 WIB
Tarif angkutan antar kota, andil deflasi 0,11 persen, terjadi penurunan tarif 11,88 persen karena setelah libur Hari Raya Idul Fitri kembali ke tarif normal.
Tarif angkutan antar kota, andil deflasi 0,11 persen, terjadi penurunan tarif 11,88 persen karena setelah libur Hari Raya Idul Fitri kembali ke tarif normal.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi deflasi di Agustus 2016 sebesar 0,02 persen. Angka ini merupakan yang terendah sejak Agustus 2001 atau terendah selama 15 tahun.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, dari 82 kota yang masuk survei, sebanyak 49 kota mengalami deflasi, dan 33 kota inflasi. Adapun deflasi tertinggi tercatat di Kupang sebesar 0,87 persen. Sedangkan terendah di Cilegon sekitar 0,01 persen.

"Deflasi Agustus terendah sejak Agustus 2001 selama 15 tahun. Pada 2001, deflasi 0,21 persen," kata Sasmito, Kamis (1/9/2016).

Deflasi 0,02 persen di Agustus, dijelaskannya, paling besar berasal dari bahan makanan deflasi 0,68 persen karena pengaruh paska Idul Fitri. Serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan deflasi 1,02 persen.

Berikut penyebab utama deflasi di Agustus 2016 :

1. Tarif angkutan antar kota, andil deflasi 0,11 persen, terjadi penurunan tarif 11,88 persen karena setelah libur Hari Raya Idul Fitri kembali ke tarif normal. Terjadi penurunan tarif di 47 kota IHK, tertinggi di Bungo 29 persen dan Madiun 27 persen.

2. Tarif angkutan udara, andil deflasi 0,06 persen. Turunnya tarif rata-rata 5,28 persen karena dampak paska Lebaran. Terjadi penurunan tarif di 39 kota IHK tertinggi di Mamuju 37 persen, Tanjung Pinang dan Tarakan turun 23 persen.

3. Daging ayam ras andil deflasi 0,04 persen, harga turun 3,48 persen karena berkurangnya permintaan. Turun di 62 kota IHK, tertinggi di Pare-pare 16 persen, Palembang dan Kupang masing-masing 15 persen.

4. Wortel dengan andil deflasi 0,03 persen, harga turun tajam 21,6 persen karena pasokan relatif banyak baik impor dan produksi dalam negeri. Penurunan terjadi di 77 kota, tertinggi di Denpasar 45 persen dan Ambon 43 persen.

5. Tomat sayur dengan andil deflasi 0,02 persen, harga turun 10,21 persen karena panen raya di berbagai sentra produksi. Turun di 56 kota IHK, tertinggi di Jayapura 34 persen dan Makassar turun harga tomat sayur 30 persen.

6. Jeruk dengan andil deflasi 0,02 persen karena harga turun 2,85 persen akibat musim panen jeruk di sentra produksi. Penurunan harga terjadi di 46 kota IHK, tertinggi di Pontianak 18 persen dan Madiun 15 persen.

7. Bawang merah andil deflasi 0,02 persen, harganya turun 3,32 persen karena panen. Turun harga di 42 kota IHK, tertinggi di Jambi 17 persen dan Padang Sidempuan 14 persen. (Fik/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya