Harga Minyak Naik ke Posisi Tertinggi dalam 3 Bulan

Untuk pertama kalinya dalam hampir 8 tahun, OPEC sepakat untuk membatasi produksi.

oleh Nurmayanti diperbarui 04 Okt 2016, 05:12 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2016, 05:12 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik ke posisi tertinggi dalam tiga bulan seiring optimisme baru dari kesepakatan produksi negara-negara anggota OPEC.

Melansir laman Wall Street Journal, Selasa (4/10/2016), minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman November ditutup naik 57 sen, atau 1,2 persen menjadi US$ 48,81 per barel di New York Mercantile Exchange.

Kenaikan ini merupakan yang keempat berturut-turut, dan kesembilan kali dalam 11 sesi terakhir. Ini adalah penutupan tertinggi sejak 1 Juli.

Sementara Brent, patokan minyak global, naik 70 sen atau 1,4 persen menjadi US$ 50,89 per barel. Ini kenaikan terbesar harian sejak 8 September dan penyelesaian tertinggi sejak 18 Agustus.

Pedagang dan manajer keuangan telah didukung langkah terkoordinasi OPEC untuk mengurangi output minyak menjadi di kisaran 32,5 juta dan 33 juta barel per hari, sejak organisasi ini menggelar pertemuan di Aljazair.

Namun, beberapa pengamat pasar percaya bahwa kesepakatan OPEC masih bisa meleset dari perjanjian awal.

"Sementara masih banyak mengungkapkan skeptisisme bahwa perjanjian ini akan mengurangi pasokan," kata Phil Flynn, Analis Pasar Senior Price Futures Group di Chicago.

Dia menambahkan, untuk pertama kalinya dalam hampir 8 tahun kartel telah sepakat untuk membatasi produksi.

"Kita akan melihat kartel sekali lagi memiliki kemampuan untuk memanipulasi harga dengan menahan pasokan," tambah dia.

Harga minyak telah turun pada hari sebelumnya karena sikap skeptisisme dan faktor lainnya. Setelah hampir satu minggu mengalami kenaikan tajam.

Morgan Stanley yang berbasis di New York juga mengatakan risiko kekecewaan atas kesepakatan OPEC yang tinggi.

Menurut Morgan Stanley perlu diskusi lebih lanjut terutama dengan produsen non-OPEC utama seperti Rusia, untuk memastikan bahwa sentimen positif selama seminggu terakhir tidak cepat hilang.

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya