Bakal Jadi Holding Energi, Pertamina Mesti Jadi Perusahaan Dunia

Pengamat menilai saat ini holding energi yang paling siap diwujudkan kemudian holding BUMN pangan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 24 Okt 2016, 08:23 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2016, 08:23 WIB
Pengamat menilai saat ini holding energi yang paling siap diwujudkan kemudian holding BUMN pangan.
Pengamat menilai saat ini holding energi yang paling siap diwujudkan kemudian holding BUMN pangan.

Liputan6.com, Jakarta - Pembentukan holding Badan Usaha Milik Dunia (BUMN) menjadi sesuatu yang harus dilakukan karena bukan hanya menyangkut efisiensi dan akumulasi modal. Akan tetapi agar BUMN Indonesia bisa bersaing di tingkat dunia.

Pengamat Energi dari Universitas Gajah Mada Fahmi Radhi berpendapat pembentukan holding harus disertai konsep yang jelas. Dia berharap jangan sampai ada agenda lain yang memberikan keuntungan pihak-pihak tertentu.

Dari segi prosesnya, Fahmi memandang harus diawali dengan integrasi atau merger antara BUMN sejenis.  Fahmi mengakui holding energi adalah yang paling siap diwujudkan, kemudian holding BUMN pangan dan perbankan.

"Pasti holding BUMN nantinya bisa diarahkan agar memiliki keunggulan sehingga bisa bersaing menjadi pemain dunia. Pertamina jadi pemimpin holding energi maka Pertamina harus menjadi pemain dunia," ungkap Fahmi, Senin (24/10/2016).

Dia menuturkan, penunjukan holding bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan penunjukan langsung Pertamina karena pengalamannya, bisa juga dengan membentuk perusahaan baru dimana Pertamina ada di bawahnya.

"Namun penunjukan Pertamina bisa menjadi pilihan pertama karena Pertamina  sudah dikenal sebagai national oil company yang mewakili Indonesia," kata dia.

Jika holding BUMN sudah terbentuk, tambah Fahmi, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah perencanaan atau rencana korporasi, melakukan kontrol dan pastinya koordinasi perusahaan-perusahaan yang di bawahnya.

Bagi Fahmi, pengakuan Menteri BUMN Rini Soemarno pembentukan holding akan meniru apa yang telah dilakukan di Malaysia dan Singapura bukan masalah.

"Pasti tidak plek, apalagi karakteristik di sini berbeda dengan dua negara tersebut. Indonesia sudah terlalu banyak BUMN jadi agak lebih sulit. Namun upaya pembentukan holding menjadi satu kebutuhan mendesak bagi perbaikan BUMN," tambah dia.‎ (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya