Konsumsi Premium dan Solar Subsidi Terus Menurun

Pertamina menilai masyarakat kini mulai sadar untuk konsumsi BBM berkualitas lebih baik.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Nov 2016, 20:25 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2016, 20:25 WIB
Pertamina menilai masyarakat kini mulai sadar untuk konsumsi BBM berkualitas lebih baik.
Pertamina menilai masyarakat kini mulai sadar untuk konsumsi BBM berkualitas lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar bersubsidi‎ terus menurun. Sedangkan konsumsi BBM non subsidi terus naik.

Wakil Direktur Utama PT Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, konsumsi BBM bersubsidi mencapai 18,78 juta Kilo Liter (KL) hingga kuartal III 2916. Konsumsi BBM itu menurun 6,3 persen dibandingkan periode sama 2015 sebesar 20,05 juta KL.

Pangsa pasar Premium mencapai 86,8 persen pada Januari 2016.  Hingga September 2016, pangsa pasar hanya 54,5 persen. Untuk solar bersubsidi dari Januari 2016 sebesar 99,1 persen, dan menurun jadi 98,55 persen pada September 2016.

"Untuk BBM PSO(solar subsidi) dan penugasan (Premium) ini turun," kata Bambang, di saat memparkan kinerja kuartal III 2016, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (8/11/2016).

Bambang‎ menuturkan, konsumsi Premium dan solar tersebut turun didorong masyarakat yang mulai sadar mengkonsumsi BBM dengan kualitas lebih baik dengan mengkonsumsi BBM non subsidi.

Konsumsi BBM non subsidi mencapai 6,21 juta KL hingga September 2016. Konsumsi itu meningkat 206 persen, dari periode sama tahun lalu hanya 2,03 juta KL.

BBM non subsidi tersebut terdiri dari Pertalite. Konsumsinya naik dari‎ Januari 2016 sebesar 3,538 juta KL menjadi 25,149 juta KL. Hal ini membuat pangsa pasar Pertalite meningkat dari 4,2 persen menjadi 28,2 persen.

Pangsa pasar Pertamax pun meluas dari 8,4 persen pada Januari 2016 menjadi 1‎6,5 persen pada September 2016. Pertamax Tubo naik dari Januari 2016 sebesar 0,6 persen menjadi 0,8 persen pada September 2016. Sedangkan Pertamina Dex meningkat dari Januari 2016 0,9 persen menjadi 0,93 persen pada September 2016. (Pew/Ahm)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya