BCA Pastikan Tak Ada Rush Money

BCA mengakui setiap akhir bulan dan awal bulan, tingkat penarikan uang sedikit meningkat.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Nov 2016, 16:03 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2016, 16:03 WIB

Liputan6.com, Surabaya - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memastikan tidak ada aksi penarikan uang secara besar-besaran (rush money) seperti yang diisukan sebelumnya. Menyebar di media sosial ajakan untuk menarik uang secara besar-besaran pada Jumat (25/11/2016) ini.

Direktur BCA Santoso ketika dikonfirmasi mengatakan apa yang diisukan selama ini hanyalah informasi yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

"Tidak, ada itu, kami sudah pantau melalui ATM, kantor cabang, transfer, tidak ada penarikan uang besar-besaran, kami sudah pantau pada dasarnya masyarakat tidak perlu khawatir dan tidak perlu percaya‎," kata Santoso di Surabaya, Kamis (25/11/2016).

Santoso mengaku, saat ini perbankan yang ia pimpin tengah dalam kondisi yang cukup baik. Liquiditas diakuinya sangat mencukupi. Di sisi lain, kondisi ekonomi Indonesia tengah dalam tren yang baik.

"Kami percaya masyarakat kita sudah cukup pandai untuk melihat. Mari kita bangun kebersamaan perkuat perbankan," ajak dia.

Meski demikian, Santoso mengakui setiap akhir bulan dan awal bulan, tingkat penarikan uang sedikit meningkat. Hal itu karena banyak masyarakat yang menerima gaji dan kemudian ditarik untuk dibelanjakan sesuai kebutuhan masing-masing.

Sebelumnya, Bank Indonesia menegaskan pelemahan rupiah yang terjadi hari ini dan kemarin bukan karena pengaruh isu rush money.

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengungkapkan kondisi ekonomi Indonesia ini dalam kondisi cukup baik, sehingga tidak ada alasan untuk melakukan penarikan uang besar-besaran.

"Tidak (pengaruh rush money), penrikan besar-besaran itu tidak ada isu, perbankan kita dalam kondisi baik, liquiditas baik," kata Agus saat ditemui usai Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia di Surabaya, Jumat (25/11/2016).

Agus menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi beberapa hari ini justru lebih disebabkan pengaruh data-data luar negeri, terutama dari Amerika Serikat. (Yas)

 

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya