Liputan6.com, Jakarta Rakyat Italia menggelar referendum meminta reformasi konsititusi. Referendum yang digelar hari ini tersebut dinilai tidak akan memberikan dampak besar pada ekonomi Indonesia.
Salah satu indikatornya lantaran kerjasama perdagangan Indonesia dengan Negeri Pizza tersebut tidak terlalu banyak dibanding negara lain.
Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, referendum Italia ini sebenarnya mirip dengan British Exit (Brexit) beberapa waktu lalu. Hal ini akan memberikan dampak pada perdagangan internasional, termasuk dengan Indonesia.
Baca Juga
"Yang dituntut itu kan karena ekonominya yang melambat. Khawatirnya ini isu-isu yang mirip Brexit, jadi memang perlu diwaspadai karena konteksnya lebih ke perdagangan internasional," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Mingug (4/12/2016).
Namun untungnya, perdagangan antara Indonesia dengan Italia tidak terlalu besar. Hal berbeda jika ini terjadi di Belanda atau Jerman.
‎"Indonesia dengan Italia perdagangannya tidak terlalu besar. Kalau Indonesia dengan Belanda atau Jerman itu cukup banyak. Tapi implikasi perdagangan yang lebih proteksi itu yang mestinya lebih berdampak secara tidak langsung ke Indonesia," kata dia.
Menurut Lana, sebenarnya adanya referendum tersebut justru menguntungkan Indonesia. Sebab, jika Italia bernasib sama seperti Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa, maka perdagangan Indonesia dengan Negeri Pizza tersebut ‎akan lebih terbuka.
"Kalau Italia nantinya akan punya pedagangan bilateral dengan Indonesia, maka akan lebih leluasa. Misalkan sekarang ingin yang sering menghalangi Indonesia untuk ekspor CPO itu dari Spanyol atau Jerman. Kalau misalnya Italia sebenarnya tidak keberatan, maka kita bisa diuntungkan juga dengan referendum ini. Asal kita bisa mengambil kesempatan sebab birateral ini akan berbeda jika bicara kerja sama dengan kawasan," jelas dia.
Sementara untuk dampak ke pasar modal dan pasar saham, Lana menyatakan hal tersebut tidak akan dirasakan oleh Indonesia. Menurut dia, pelaku pasar di Indonesia sudah dapat melakukan antisipasi dan belajar dari Brexit dan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
"Kalau ke pasar modal mungkin tidak besar sentimennya, mungkin ada gejolak tapi dengan adanya Brexit dan Pemilu Amerika Serikat kemarin rasanya sudah agak diterima lah. Kalau ada koreksi paling sebentar. Waktu Brexit yang begitu diluar ekspektasi, tapi tidak begitu banyak negatif efeknya," tandas dia. ‎
Advertisement