Liputan6.com, Jakarta - Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap resilient di tengah tantangan global sebesar 5,03 persen pada 2024, dan diproyeksikan pertumbuhannya mencapai 5,0-5,2 persen pada 2025.
Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede menuturkan, meski menghadapi berbagai tantangan eksternal, fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
Baca Juga
"Kami melihat konsumsi rumah tangga akan tetap menjadi penopang utama pertumbuhan dan didukung oleh terkendalinya inflasi serta penerapan kebijakan industri yang dapat mendorong pertumbuhan," kata Josua dalam acara PIER Economic Review 2024, Senin (10/2/2025).
Advertisement
Meskipun begitu Josua menyebut pemerintah perlu terus mendorong investasi dan menjaga daya saing ekspor untuk mengimbangi potensi pelemahan permintaan global.
Ekonomi Indonesia 2025 Diprediksi Stabil
Berdasarkan analisis PIER, pertumbuhan ekonomi pada 2025 diprediksi tetap stabil di tengah berlanjutnya ketidakpastian global dan penyesuaian kebijakan moneter. Bank Indonesia pun mempertahankan suku bunga acuan di 5,75 persen, mencerminkan upaya menjaga stabilitas inflasi yang diproyeksikan berada di kisaran 2,0 - 2,5 persen pada tahun 2025.
Sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi proyeksi ini antara lain kebijakan ekonomi global, stabilitas nilai tukar, serta efektivitas kebijakan pemerintah dalam mendorong investasi dan konsumsi domestik.
"Dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada, PIER berkomitmen untuk terus memberikan analisis dan wawasan yang komprehensif guna mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik bagi pelaku ekonomi dan pemangku kebijakan,” jelas Josua.
Ketidakpastian Global Jadi Tantangan
Josua menuturkan sepanjang 2024, ketidakpastian ekonomi global menjadi tantangan utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perlambatan pertumbuhan di beberapa negara mitra dagang utama seperti China berdampak langsung pada ekspor nasional.
Selain itu, harga komoditas utama seperti batubara dan minyak sawit mentah (CPO) yang mengalami fluktuasi turut mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Surplus perdagangan tahun 2024 tercatat sebesar USD 31,04 miliar, lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai USD 36,89 miliar.
Dari sisi kebijakan moneter dan fiskal, Bank Indonesia mempertahankan kebijakan moneter yang ketat guna menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah yang saat ini berada di kisaran Rp 16.330 per dolar AS.
Sementara itu, pemerintah juga telah menetapkan beberapa kebijakan prioritas, terutama untuk mencapai ketahanan pangan dan energi, termasuk melalui keberlanjutan kebijakan hilirisasi. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga daya saing industri nasional dan mendorong investasi asing yang lebih besar.
Konsumsi Domestik Jadi Pendorong
Di tengah berbagai kebijakan tersebut, konsumsi domestik masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, dengan kontribusi lebih dari 50 persen terhadap PDB. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tetap dalam level optimis, meskipun masih dipengaruhi oleh inflasi dan dinamika pasar tenaga kerja.
"Stabilitas harga barang kebutuhan pokok serta dukungan kebijakan pemerintah dalam menjaga kesejahteraan masyarakat menjadi faktor penting dalam mempertahankan konsumsi domestik,” pungkasnya.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,03 Persen di 2024 Berkat Hal Ini
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,03 persen. Pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi oleh beberapa komponen yang berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produk domestik bruto (PDB) negara.
Salah satu pendorong utama adalah konsumsi rumah tangga, yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024, yakni sebesar 2,60 persen.
"Jika dilihat dari sumber pertumbuhan sepanjang tahun 2024, konsumsi rumah tangga memberikan sumber pertumbuhan terbesar sepanjang tahun 2024, yaitu 2,60 persen," kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia A. Widyasanti, dalam konferensi pers, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2024, di Jakarta, Rabu (5/2/2025).
BPS mencatat, bahwa konsumsi rumah tangga terus menjadi motor penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Aktivitas dan mobilitas masyarakat yang meningkat selama tahun 2024 membawa dampak positif terhadap sektor ini.
Salah satu kelompok konsumsi yang mencatatkan kenaikan signifikan adalah sektor transportasi dan komunikasi. Peningkatan jumlah penumpang pada angkutan rel, laut, dan udara menggambarkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap jasa transportasi.
"Kelompok konsumsi yang tumbuh tinggi antara lain adalah transportasi dan komunikasi, dimana terlihat mobilitas masyarakat yang meningkat menyebabkan kebutuhan konsumsi terhadap transportasi dan komunikasi juga meningkat," ujarnya.
Selain itu, sektor restoran dan hotel juga turut mengalami pertumbuhan pesat, terutama dipengaruhi oleh lonjakan kegiatan wisata, terutama pada akhir tahun.
"Hal ini seiring dengan meningkatnya kegiatan wisata selama akhir tahun, terutama saat libur sekolah dan libur hari besar keagamaan nasional," jelas Amalia.
PMTB: Investasi yang Meningkat
Komponen lain yang memberikan kontribusi penting terhadap pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2024 adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang tercatat tumbuh sebesar 1,43 persen.
Hal ini tercermin dari peningkatan investasi, baik yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Baik sektor pemerintah maupun swasta menunjukkan angka positif dalam realisasi investasi, yang berdampak pada sektor barang modal.
Selain itu, ekspor Indonesia juga menunjukkan perkembangan positif pada 2024. Baik ekspor barang migas maupun non-migas mengalami peningkatan baik dalam nilai maupun volume.
Beberapa komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia, seperti mesin peralatan listrik, nikel, dan alas kaki, tercatat mengalami kenaikan yang signifikan.
Namun, terdapat beberapa komoditas lain yang mengalami peningkatan volume ekspor meskipun nilai ekspornya menurun, seperti bahan bakar mineral, besi baja, dan migas.
"Ekspor jasa juga meningkat, karena disebabkan oleh peningkatan kunjungan wisatawan manca negara," katanya.
Konsumsi Pemerintah
Selain konsumsi rumah tangga dan PMTB, konsumsi pemerintah turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024, meskipun dengan kontribusi yang lebih kecil, yakni sebesar 0,48 persen.
Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk berbagai kegiatan ekonomi, termasuk program-program sosial dan pembangunan infrastruktur, turut mendukung kestabilan ekonomi nasional.
"Pertumbuhan ekonomi tahun 2024 juga dikontribusikan atau berasal dari komponen PMTB yang memberikan sumber pertumbuhan 1,43 persen dan konsumsi pemerintah yang memberikan sumber pertumbuhan sebesar 0,48 persen," pungkasnya.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)