Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,3 Persen, Ini Syaratnya

Ekonom dari Kenta Institute, Eric Sugandi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5,3 persen di 2017.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Des 2016, 10:12 WIB
Diterbitkan 14 Des 2016, 10:12 WIB
20160109-Pertumbuham-ekonomi-2016-Jakarta-AY
Pengunjung melintas dengan latar belakang gedung dan bangunan kota Jakarta, Sabtu (9/1/2016). Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2016 diprediksi akan berada di angka 5%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom dari Kenta Institute, Eric Sugandi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5,3 persen di 2017. Perkiraan ini lebih optimistis dibanding target pemerintah 5,1 persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 karena ada dorongan dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta investasi infrastruktur yang memberi multiplier effect.

"Target pertumbuhan ekonomi pemerintah sudah cukup realistis dan malah agak konservatif angka proyeksi. Tahun depan, prediksi saya pertumbuhan ekonomi 5,3 persen," jelasnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Lebih jauh Eric mengaku, kunci mendorong pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah menjaga momentum pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Menurutnya, konsumsi rumah tangga merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Saya pikir konsumsi rumah tangga akan tetap kuat, karena inflasi terkendali dan tambahan pendapatan dari proyek-proyek investasi pemerintah serta swasta," lanjutnya.

Syaratnya, pemerintah harus menggenjot investasi melalui program pembangunan infrastruktur. Sambungnya, tren penurunan suku bunga dan paket-paket kebijakan pemerintah akan mendukung pertumbuhan investasi di tahun depan.

"Pemerintah juga akan melanjutkan pembangunan infrastruktur dan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur akan menciptakan multiplier effect melalui konsumsi dan investasi," jelas Eric.

Dari sisi eksternal, kata dia, harga komoditas energi diperkirakan terus menanjak. Kondisi tersebut, Eric bilang, akan membantu kinerja ekspor Indonesia, investasi di sektor energi, dan pendapatan kelompok rumah tangga yang menjalani usaha di bidang energi.

Eric menambahkan, sedangkan ekspektasi pelaku pasar keuangan terhadap kenaikan suku bunga The Fed atau ketidakpastian kebijakan Donald Trump hanya bersifat jangka pendek dan lebih mempengaruhi pasar keuangan daripada sektor riil.

"Kalau perlambatan ekonomi China efeknya ke sektor riil terutama kinerja ekspor batubara. Sedangkan ekonomi Eropa kalau melambat juga pengaruh ke kinerja ekspor Indonesia, tapi dampaknya tidak sebesar perlambatan ekonomi China," kata Mantan Kepala Ekonom Standard Chartered Bank itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya