Donald Trump Pimpin AS, Kekayaan George Soros Susut Rp 13 T

Kekayaan miliarder George Soros menyusut hampir US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun usai Donald Trump menang pemilihan umum.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Jan 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2017, 19:48 WIB
img_soros.jpg
George Soros, Chairman of Soros Fund Management, listens during a debate at the World Economic Forum in Davos 23 January 2008. AFP PHOTO/FABRICE COFFRINI

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu investor dan miliarder George Soros kehilangan kekayaan hampir US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,30 triliun (asumsi kurs Rp 13.304 per dolar Amerika Serikat) meski pasar saham reli usai kemenangan Donald Trump. Kenaikan pasar saham yang dipicu kemenangan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara mengejutkan.

Hal itu dari laporan Wall Street Journal seperti dikutip Jumat (13/1/2017). Kekayaan Soros menyusut usai pemilihan umum presiden AS. Padahal pasar saham reli seiring harapan kebijakan Donald Trump akan meningkatkan pendapatan dan ekonomi secara keseluruhan. Indeks saham S&P 500 pun naik 5 persen sejak pemilu AS pada November 2016.

Pada tahun lalu, Soros kembali ke pasar saham melalui Soros Fund Management LLC yang mengelola kekayaan US$ 30 miliar untuk Soros dan keluarganya. Berdasarkan sumber yang mengetahui hal tersebut, Soros kembali ke pasar untuk ambil untung seiring ekonomi global melambat dan mengantisipasi China, serta Uni Eropa.

Namun, Soros cenderung hati-hati masuk ke pasar saham pada November, dan kekayaannya susut usai Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS.

Sikapnya tersebut membuat kesalahan seiring pasar saham meningkat dalam dua bulan terakhir. Hal itu mengingat ada harapan kebijakan ekonomi yang diusulkan Trump akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan ekonomi secara keseluruhan. Akibatnya posisi trading Soros rugi mendekati US$ 1 miliar.

Meski demikian, langkah Soros tak berhenti. Soros telah banyak mengeluarkan taruhan pada akhir tahun lalu untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Portofolio investasinya semakin baik.

Sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir, miliarder berusia 86 tahun ini fokus pada kegiatan filantrofi. Dia pun mendukung calon presiden AS dari partai Demokrat Hillary Clinton. Pihaknya pun mendonasikan dana untuk partai Demokrat.

Kondisi ini berbeda dengan Stanley Druckenmiller, mantan wakil George Soros yang membantunya mencetak keuntungan US$ 1 miliar dari taruhan pound sterling Inggris pada 1992. Druckenmiller mengantisipasi kenaikan pasar saham dan memiliki keuntungan cukup besar.

Druckenmiller mengambil kebijaksanaan berbeda. Pada 29 November 2016, ia menyatakan optimisme terhadap ekonomi AS usai pemilihan umum. Selain itu, ia menuturkan, kalau euro dapat melemah terhadap dolar AS. Sedangkan imbal hasil surat berharga AS akan naik pada 2017. Dia yang mengelola kekayaannya sendiri menyatakan kalau rata-rata pengembalian investasinya mencapai 30 persen dari 1986-2010 di Duquesne Capital Management.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya