Iran Siapkan Investasi Kelistrikan di RI Senilai Rp 66 Triliun

Sejumlah pejabat Pemerintah Indonesia akan terbang ke Iran untuk menindaklanjuti pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Iran.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Feb 2017, 20:36 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2017, 20:36 WIB

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah pejabat Pemerintah Indonesia akan terbang ke Iran, pada Sabtu (25/2/2017) untuk menindaklanjuti pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Republik Islam Iran. Dalam lawatannya, pemerintah akan membahas berbagai kerja sama Indonesia-Iran, salah satunya di sektor energi kelistrikan dengan anggaran investasi dari Iran senilai US$ 5 miliar.

Dalam kunjungan kerja tersebut, Presiden Jokowi mengutus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution sebagai pemimpin rombongan ke Iran. Rencananya didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan dan ikut pula PT Pertamina (Persero), dan lainnya.

Dalam hal ini, Direktur Pengadaan PT PLN (Persero), Iwan Supangkat mengungkapkan, Iran tertarik investasi kelistrikan di Indonesia dengan skema pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP).

"Mereka (Iran) tertarik investasi di sini, jadi ada investasi IPP, baik pembangkit geothermal maupun renewable. Juga capacity building, industri equipment untuk menunjang produksi dalam negeri, services, maintenance services," jelas dia di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (17/2/2017).

Kata Iwan, Iran menganggarkan investasi di sektor ketenagalistrikan sebesar US$ 5 miliar. Jika dikonversi dengan kurs Rp 13.300 per dolar AS, maka nilai investasi tersebut setara dengan Rp 66,5 triliun.

"Waktu itu bicaranya menganggarkan sampai US$ 5 miliar. Tidak hanya pembangkit listrik, semuanya. Makanya kita harus tepat sasaran," ucap Iwan.

Untuk diketahui, Menteri ESDM, Ignasius Jonan sudah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding /MoU) mengenai kerja sama ketenagalistrikan dan energi baru terbarukan dengan Kementerian Energi Republik Islam Iran di Teheran, Iran, Desember lalu.

Kerja sama dalam MoU ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Pengembangan Pembangkit Listrik;
2. Transmisi dan Distribusi;
3. Pertukaran pengalaman mengenai Pusat Perbaikan Pembangkit Listrik;
4. Pengembangan energi terbarukan;
5. Mendorong dan meningkatkan Investasi ;
6. Mendorong untuk melakukan dialog kebijakan; dan
7. Bidang-bidang lain yang disepakati Para Pihak.

Sementara itu, Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan, kunjungan pemerintah Indonesia ke Iran untuk melanjutkan kesepakatan hasil pertemuan Presiden Jokowi ke Iran pada Desember 2016.

"Dibahas bidang energi, kan Pertamina mau investasi di sana. Lalu PLN, impor gas, elpiji, dan kemungkinan gas alam cair atau LNG. Volumenya nanti kita lihat karena kita berharap harga (gas) bisa lebih murah," papar dia.

Arcandra mengaku, Pertamina sedang menjajaki pengelolaan dua lapangan minyak Iran. Dua lapangan minyak itu, yakni Ab-Teymour dan Mansouri. Blok minyak raksasa tersebut di bawah kendali National Iranian South Oil Company (NISOC), anak perusahaan National Iranian Oil Company (NIOC).

"Makanya mau ke Iran. Ada peluang ke sana (minyak mentah). Tapi belum tahu," ucapnya. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya