Liputan6.com, Serang - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat nilai pendapatan dari produksi migas nasional mencapai US$ 6,9 miliar sampai 31 Maret 2017.
Sekretaris SKK Migas Budi Agustyono mengatakan, pendapatan tersebut berasal dari produksi minyak nasional yang sudah terjual (lifting) sebesar 787,8 barel per hari (bph) dan gas sebesar 6,503 MMSCFD.
"Dari hasil lifting migas sampai 31 Maret 2017 US$ 6,9 miliar," kata Budi, dalam sarasehan jurnalis media 2017, di Serang, Banten, Jumat (7/4/2017).
Baca Juga
Budi menuturkan dari total pendapatan tersebut, sebesar US$ 6,9 miliar atau 34 persen senilai US$ 3,4 miliar menjadi penerimaan negara. Sementara sebesar US$ 2,4 miliar dikembalikan ke kontraktor atas kegaiatan produksi migas (cost recovery).
Advertisement
Sedangkan sisanya menjadi bagian kontraktor. "Jadi dari US$ 6,9 miliar dibagi, bagian negara US$ 3,4 miliar," ungkap dia.
Adapun pada tahun ini, produksi migas nasional ditargetkan memberikan penghasilan hingga US$ 25,2 miliar. Dari pendapatan tersebut yang masuk ke kas negara sebesari US$ 10,9 miliar, cost recovery US$ 10,5 miliar dan sisanya menjadi bagian kontraktor.
Sampai dengan akhir 31 Maret 2017, lifting minyak mencapai 787.800 bph atau 96,7 persen dari target APBN sebesar 815 ribu bph.
Menurut Budi, meski lifting dibawah target, tetapi realisasi produksi minyak nasional mencapai 815,6 ribu bph di akhir Maret. Sebab itu dia optimis target lifting minyak yang ditetapkan dalam APBN 2017 dapat tercapai.
"Karena dari sisi produksi, realisasi sampai akhir Maret sudah mencapai 815.600 bph," tutur Budi.
Dari sisi gas, realisasi lifting sampai akhir Maret sudah di atas target. Dalam APBN, lifting gas ditargetkan sebesar 6.440 MMSCFD, sedangkan realisasinya mencapai 6.503 MMSCFD atau 101 persen dari target.
“SKK Migas bersama Kontraktor KKS tetap mengupayakan berbagai cara supaya target lifting baik untuk minyak maupun gas dapat tercapai,” tutup Budi.