Pengamat: Pakai Transaksi Non Tunai Urai Macet di Tol

Pengamat menilai perubahan sistem transaksi manual menjadi non tunai di gerbang tol dapat menekan macet.

oleh Septian Deny diperbarui 12 Apr 2017, 10:15 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2017, 10:15 WIB
Bayar Tol Tak Bisa Pakai Uang Tunai Mulai Tahun Ini
Sejumlah kendaraan melintasi tol Semanggi 2, Jakarta, Selasa (14/3). Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR menargetkan seluruh gerbang tol di Indonesia akan menerapkan transaksi pembayaran nontunai. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah resmi menghapuskan gerbang tol Karang Tengah yang dinilai menjadi titik kemacetan parah di sepanjang ruas tol Jakarta-Tangerang-Merak. Dengan penghapusan ini diharapkan dapat menekan titik kemacetan pada ruas tol tersebut.

Ketua Institut Transportasi Indonesia (Instrans) Darmaningtyas mengatakan, penghapusan gerbang tol Karang Tengah akan efektif menjadi solusi kemacetan jika diikuti perubahan sistem transaksi. Salah satunya dengan mengubah seluruh sistem transaksi dari manual menjadi transksi non tunai dengan kartu elektronik di gerbang tol lainnya.

"Masyarakat harus didorong menggunakan transaksi non tunai bisa menggunakan kartu elektronik atau on board unit (OBU)‎. Perubahan transaksi ini bisa menjadi solusi lalu-lintas jalan tol yang padat, dengan catatan sistem dan sifat transaksinya diubah. Kalau tidak, ya hanya memindahkan kemacetan di gerbang transaksi lainnya," ujar dia di Jakarta, Rabu (12/4/2017).

‎Dia menjelaskan, pengguna jalan tol yang membayar secara tunai di gerbang tol dengan uang yang tidak pas sesuai tarif atau perlu kembalian maka dibutuhkan waktu transaksi 7 detik. Sedangkan jika menggunakan kartu elektronik hanya membutuhkan waktu 2-3 detik saja.

"Coba hitung dengan selisih waktu transaksi yang mencapai 4-5 detik itu dikalikan sekian ratus ribu kendaraan yang lewat saat bersamaan. Pasti akan terjadi kemacetan," kata dia.

Oleh karena itu, penggalakkan pemakaian kartu elektronik dalam bertransaksi di gerbang tol harus diintensifkan. Hal ini juga peran serta produsen mobil untuk memasang OBU pada setiap kendaraan yang diproduksinya.

"Kemudian, kepada kalangan industri mobil harus diminta agar mobil-mobil baru buatan mereka sudah dipasangi OBU. Dengan begitu kendaraan cukup lewat saja untuk melakukan transaksi," lanjut dia.

Selain perubahan sifat dan sistem transaksi secara non tunai, pengintegrasian transaksi juga perlu diikuti penambahan gerbang transaksi di sejumlah titik.‎ Sebab, keberadaan gerbang baru itu akan semakin memperlancar lalu-lintas baik yang akan keluar atau masuk jalan tol.

"Jalan Jakarta-Tangerang-Merak ini sangat penting bukan hanya bagi mobilitas masyarakat dalam konteks sosial, tetapi juga ekonomi. Di jalan tol ini angkutan barang dari Merak ke Tanjung Priok dan sebaliknya sangat tinggi volumenya. Belum lagi angkutan barang milik industri di sejumlah kawasan industri di Banten," ujar dia.

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya