Ketidakpastian Geopolitik Bakal Picu Harga Emas Menguat Terbatas

Analis menilai harga emas memiliki ruang untuk menguat tetapi dibayangi sentimen jenuh beli pada minggu depan.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Apr 2017, 07:12 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2017, 07:12 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas memiliki ruang menguat tetapi ada tanda-tanda jenuh beli sehingga berpeluang investor belum masuk ke pasar pada pekan depan.

Harga emas telah bergerak signifikan dalam waktu perdagangan pendek ini. Namun, harga emas mampu menembus level resistance ke level terkuat. Bahkan harga emas sempat naik ke level tertinggi dalam lima bulan. Harga emas untuk pengiriman Juni diperdagangkan di kisaran US$ 1.288,18 per ounce naik 2,4 persen dari Jumat pekan lalu.

Analis Commerzbank Eugen Weinberg menuturkan, emas sudah berada di level jenuh beli. Ada potensi harga emas berbalik arah atau alami tekanan. Namun, ia tetap optimistis terhadap emas dalam jangka panjang.

“Penguatan harga emas didorong hot money (spekulasi suku bunga). Ini baik untuk jangka pendek tapi kontradiktif untuk jangka panjang,” ujar dia seperti dikutip dari laman Kitco, Sabtu (15/4/2017).

Sementara itu, Analis iiTrader Bill Baruch menuturkan, harga emas tetap berada di atas rata-rata 200 harian. Harga emas berada di kisaran US$ 1.268,40 per ounce. Namun, ia memperingatkan ada tingkat resistance yang diperharikan dalam jangka pendek. Harga emas sempat di kisaran US$ 1.290 merupakan level tertinggi. “Saya rasa ada banyak alasan untuk menyukai emas pada tingkat ini. Pelaku pasar akan melihat sejumlah level resistance minor dalam jangka pendek,” ujar dia.

Analis mengharapkan pelaku pasar juga mencermati hasil pernyataan presiden Amerika Serikat (AS) soal dolar AS dan suku bunga. Trump menegaskan dukungannya terhadap dolar AS lebih rendah. Demikian juga suku bunga. Sentimen itu juga mendorong harga emas naik ke level tertinggi dalam lima bulan ke level US$ 1.290,70 per ounce.

Namun, Weinberg menuturkan, Trump tidak memiliki kontrol atas suku bunga yang mendorong penguatan dolar AS. Bank sentral AS atau the Federal Reserve diharapkan menaikkan suku bunga pada Juni. Dia menambahkan, bank sentral AS memiliki independensi dari pengaruh pemerintah.

Sentimen lainnya yang pengaruhi harga emas yaitu dolar AS dan ketidakpastian geopolitik. Analis menilai, ketidakpastian geopolitik menjadi faktor penting dalam jangka pendek. Investor juga akan mencermati apa yang terjadi di Asia seiring militer AS semakin bergerak lebih dekat ke arah semenanjung Korea.

“Ketidakpastian akan baik untuk emas. Saya pikir emas dapat sentuh level US$ 1.300,” ujar Ekonom Senior CIBC World Markets, Nick Exarhos.

Analis juga memperkirakan, harga emas dapat berpeluang lanjutkan penguatan asal level harga emas di kisaran rata-rata 200 harian. Analis DailyFX.COM Chris Vecchio menuturkan harga emas dapat sentuh di atas level US$ 1.280 per ounce. Bila sentuh level itu maka berpeluang ke level US$ 1.336.

 

 

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya