Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari 2,5 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) seiring adanya laporan yang menyebutkan bahwa produksi dna stok minyak di AS mengalami penurunan.
Mengutip Reuters, Rabu (12/7/2017), harga minyak Brent dalam perdagangan berjangka naik 64 sen atau 1,4 persen dan menetap di US$ 47,52 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West China Intermediate juga naik 64 sen atau 1,4 persen dan menetap di US$ 45,04 per barel.
Untuk harga minyak mentah AS atau West Texas Intermediate naik US$ 1,31 atau 2,9 persen dan bertahan di US$ 45,71 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan pengumuman dari American Petroleum Institute, stok minyak AS anjlok hampir tiga kali lipat dari perkiraan pada awal pekan Juli kemarin. Sementara untuk persediaan minyak olahan jenis bensin juga turun secara tak terduga.
Persediaan minyak mentah turun sebesar 8,1 juta barel pada 7 Juli menjadi 495,6 juta barel. Sedangkan para analis memperkirakan jumlah penurunan persediaan minyak mentah AS di kisaran 2,9 juta.
Sedangkan data dari Euroilstock menyebutkan bahwa kilang-kilang di Eropa mengalami peningkatan pasokan. Namun, kilang tersebut tetap menahan produksi sehingga stok produk minyak olahan terutama untuk diesel tetap berada di level yang rendah.
"Hal tersebut menjadi tanda bahwa permintaan dunia akan minyak olahan sudah mulai tumbuh dari jauh di atas perkiraan banyak orang," jelas analis anergi dari ICAP di Durham, North Carolina, AS, Scott Shelton.
Sebelumnya BNP Paribas memperkirakan harga minyak Brent akan berada di kisaran US$ 51 per barel untuk 2017 dan US$ 48 per barel pada 2018. Sedangkan Barclays memperkirakan US$ 48 per barel untuk 2017 dan 2018.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: