Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,1 persen pada tahun ini. Lalu meningkat 5,3 persen di tahun 2018.
Mengutip laporan kuartalan Bank Dunia, Selasa (3/10/2017), menyebutkan perekonomian nasional akan didukung oleh perbaikan perekonomian global dan domestik. Kuatnya perekonomian domestik disebabkan oleh reformasi perekonomian yang terus berlanjut dan bertahap mulai berdampak.
Advertisement
Baca Juga
"Konsumsi swasta diproyeksikan menguat seiring dengan kenaikan upah riil dan peningkatan lapangan kerja, sementara investasi swasta akan mendapatkan keuntungan pada penurunan biaya pinjaman, perbaikan lingkungan bisnis, dan peningkatan investasi publik di bidang infrastruktur," tulis laporan tersebut.
Sektor eksternal diharapkan dapat memberi kontribusi positif mengingat perekonomian global semakin kuat. Meskipun, kontribusi ini sebagian akan diimbangi oleh nilai tukar perdagangan yang diproyeksilan menurun karena adanya penurunan harga batu bara.
"Defisit neraca berjalan diperkirakan akan melebar dari 1,7 persen pada tahun 2017 menjadi 1,8 persen pada tahun 2018," katanya.
Konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat di tahun 2018. Namun, defisit akan terjaga sejalan dengan peningkatan kinerja penerimaan terkait pertumbuhan ekonomi dan reformasi perpajakan.
"Sebagai sinyal atas komitmennya terhadap disiplin fiskal, APBN tahun 2018 diusulkan oleh pemerintah menyiratkan defisit 2,2 persen dari PDB, suatu sinyal yang jelas yang menyatakan kehati-hatian fiskal mendapat perhatian tinggi. Perkiraan penerimaan bersifat konservatif dan penurunan defisit bergantung pada pembatasan pengeluaran yang signifikan, terutama dalam pengeluaran belanja barang," papar Bank Dunia.
Beberapa risiko eksternal membayangi perekonomian nasional. Antara lain, ketidakpastian Bank Sentral Amerika Serikat (AS) terkait normalisasi kebijakan moneter dan neracanya. Kemudian, pelemahan harga komoditas dan berbagai sikap proteksional oleh negara-negara maju.
"Momentum reformasi yang sudah berjalan juga penting dipertahankan karena kesenjangan dalam modal fisik, manusia, dan kualitas kelembagaan masih cukup besar," tulis laporan itu.