Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bertolak belakang dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menyentuh level 6.033,48 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Kamis 26 Oktober 2017. Faktor penyebabnya karena ketidakpastian kondisi global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, laju IHSG menyentuh level tertinggi merupakan pencapaian bagus bagi Indonesia.
"Tentu saja ini berita bagus buat kita, karena IHSG menembus rekor baru. Ini bagus sekali," ujar dia di Jakarta, sore ini.
Advertisement
Baca Juga
Akan tetapi, Darmin menilai, realisasi IHSG tersebut belum berarti mencerminkan kondisi yang positif. Alasannya, karena penguatan IHSG belum sejalan dengan kurs rupiah yang justru mengalami tekanan.
"Di global, situasinya belum sinkron atau searah betul. Kurs-nya lain dan IHSG lain, arahnya tidak sama betul. Artinya global tidak terlalu searah dan cukup ada risiko," jelas dia.
Menurut mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu, pelemahan kurs rupiah lebih dipengaruhi faktor eksternal. Sementara, IHSG menunjukkan kinerja gemilang karena salah satunya ditopang investor domestik.
"Di kurs itu ada faktor-faktor global. Di IHSG, pemain dalam negerinya cukup banyak sehingga mereka bisa membentuk indeks yang baik. Sedangkan di kurs-nya tidak begitu, pemainnya tidak sebanyak di indeks," terang Darmin.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan Kamis pekan ini, IHSG naik tipis 8,05 poin atau 0,13 persen ke posisi 6.033,48. Namun pada penutupan perdagangan sesi kedua, IHSG terkoreksi ke level 5.995,85.
Sementara berdasarkan data Reuters, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 13.600 per dolar AS pada pukul 15.00 WIB. Sedangkan kurs tengah BI terapresiasi sebesar 0,07 persen ke level 13.560 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
IHSG Gagal Bertahan di Level 6.000
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Usai sempat menguat ke level tertinggi, baru akhirnya berbalik arah ke zona merah.
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis 26 Oktober 2017, IHSG turun 29,58 poin atau 0,49 persen ke posisi 5.995,84. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,45 persen ke posisi 991,49. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 162 saham menguat, sehingga menahan pelemahan IHSG. Sedangkan 175 saham tertekan. 122 saham lainnya diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 352.671 kali dengan volume perdagangan saham 8,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,6 triliun.
Investor asing melakukan aksi jual Rp 113,06 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.580. Dolar AS kembali perkasa terhadap rupiah.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,07 persen, sektor saham industri dasar menguat 0,15 persen dan sektor saham infrastruktur menanjak 0,41 persen.
Sementara itu, sektor saham tambang turun 1,93 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan tergelincir 1,56 persen dan sektor saham aneka industri susut 1,49 persen.
Advertisement