IHSG Kembali Cetak Rekor, Rupiah Menguat ke 13.560 per Dolar AS

Sentimen bervariasi mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Okt 2017, 13:37 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2017, 13:37 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Sentimen bervariasi baik dari internal dan eksternal pengaruhi rupiah.

Mengutip kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah menguat 10 poin menjadi 13.560 per dolar Amerika Serikat (AS) dari periode Rabu 25 Oktober 2017 di kisaran 13.570 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat tipis 13.570 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 13.578 per dolar AS. Pada Kamis siang rupiah bergerak di kisaran 13.567. Posisi rupiah bergerak di kisaran 13.546-13.577 per dolar AS.

Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih catatkan rekor baru. Pada penutupan sesi pertama Kamis pekan ini, IHSG naik tipis 8,05 poin atau 0,13 persen ke posisi 6.033,48. Indeks saham LQ45 naik tipis 0,23 persen ke posisi 998,21.

Total frekuensi perdagangan saham 195.763 kali dengan volume perdagangan 4,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 3,5 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 143,97 miliar.

Ekonom PT Bank Permata Tbk Joshua Pardede menuturkan, penguatan rupiah terhadap dolar AS didorong indeks dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama yaitu euro, yen dan pound sterling.

Joshua menuturkan, penguatan euro dan pound sterling didorong data ekonomi dan pertemuan bank sentral Eropa. Inggris mencatatkan pertumbuhan ekonomi kuartal III yang melebihi harapan.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa berencana mengurangi stimulusnya. "Sentimen positif itu mendukung euro sehingga membuat dolar AS tertekan, rupiah pun diuntungkan," ujar Joshua saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan dari sentimen internal, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 akhirnya disahkan. Pertumbuhan ekonomi 2018 diharapkan mencapai 5,4 persen dalam APBN 2018. Ini lebih tinggi dari periode sebelumnya 5,2 persen.

Selain itu, tren bursa saham menguat juga mendukung sentimen rupiah. IHSG akhirnya cetak rekor tertinggi sepanjang sejarah di kisaran 6.000.

Joshua menuturkan, pelaku pasar masih menunggu hasil pertemuan bank sentral Eropa. "Pertemuan bank sentral Eropa menjadi momen penting yang dapat mendukung euro sehingga menekan dolar AS, Ini dapat menjadi momen rupiah kembali menguat perdagangan saham Jumat," kata Joshua

"Sentimennya bervariasi karena agenda penting pada pekan ini," tambah Joshua.

Euro naik tipis 0,1 persen menjadi US$ 1,1819 usai berada di level terendah dalam dua minggu di kisaran US$ 1,1725. Sementara itu, indeks dolar AS tertekan terhadap enam mata uang utama. Indeks dolar AS berada di kisaran 93,60.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rupiah Tertekan Imbas Penguatan Dolar AS

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melanjutkan tekanan pada perdagangan Rabu pekan ini. Sentimen eksternal mendominasi pergerakan rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 41 poin menjadi 13.570 per dolar AS pada 25 Oktober 2017 dari periode 24 Oktober 2017 di kisaran 13.529 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data Reuters, rupiah sempat berada di kisaran 13.529 per dolar AS. Rabu siang ini, rupiah bergerak di kisaran 13.572 per dolar AS.

Analis PT Bank Woori Saudara Tbk Rully Nova menuturkan, tekanan rupiah masih dipengaruhi sentimen eksternal. Hal itu didorong dari rencana reformasi pajak di bawah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini menunggu DPR. Sebelumnya, rencana reformasi pajak telah mendapatkan persetujuan dari anggota senat.

"Pelaku pasar wait and see perkembangan reformasi pajak di AS. Dolar AS menguat," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Rully menilai tekanan terhadap rupiah masih wajar. Apalagi Bank Indonesia (BI) juga sudah lakukan antisipasi dengan kebijakan swap currency atau transaksi lindung nilai selain dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya