Transjakarta Kaji Memakai Bus Listrik

Transjakarta tengah mengkaji berbagai aspek untuk beralih dari bus berbahan bakar minyak (BBM) dan gas menjadi listrik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 30 Okt 2017, 08:15 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2017, 08:15 WIB
Uji Coba Hari Pertama Transjakarta Koridor 13 Gratis
Bus Transjakarta saat uji coba pengoperasian Koridor 13 rute Tendean-Ciledug di Jakarta, Minggu (13/8). Untuk pengoperasian hari ini, bus TransJ di Koridor 13 hanya berhenti di 3 halte yaitu Tendean, Adam Malik dan Puri Beta (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Transjakarta tengah mengkaji berbagai aspek untuk beralih dari bus berbahan bakar minyak (BBM) dan gas menjadi listrik. Salah satunya dari sisi biaya operasional. Tujuannya jangan sampai karena menggunakan bus listrik, tarif Transjakarta menjadi lebih mahal.

Direktur Operasional Transjakarta, Daud Joseph, menyampaikan hal itu dalam acara Diskusi Mobil Listrik di Gandaria City, Jakarta, seperti ditulis Senin (30/10/2017).

"Kita kaji bersama, jangan sampai beralih ke bus listrik membuat biaya operasional menjadi tinggi. Ini berdampak pada aspek keterjangkauan karena tarif TransJakarta sekarang Rp 3.500 per orang," kata Joseph.

Dia menilai, penggunaan kendaraan listrik masih identik dengan harga mahal dibanding BBM maupun bahan bakar gas (BBG). Ditambah lagi terbatasnya fasilitas infrastruktur listrik yang mendukung pengembangan bus listrik, seperti stasiun pengisian listrik umum (SPLU), seperti di luar negeri.

"Dulu itu, harga bus listrik bisa hampir dua kali lipat lebih mahal. Beberapa negara pernah bikin, tapi Transjakarta belum pernah pakai," tegas dia.

Joseph menjelaskan, ada empat hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan layanan baik di dalam transportasi massal berbahan bakar listrik, yaitu aman, nyaman, terjangkau, dan teratur.

"Faktor aman. Banyak kejadian bus terbakar, dan setelah saya telusuri kebanyakan karena hubungan arus pendek. Jadi kalau beralih ke listrik, kita harus serius jangan sampai faktor keamanan berkurang," ujar dia.

Kedua, kenyamanan. Dengan beralihnya dari BBM ke listrik, Joseph bilang, jangan sampai membuat kualitas kenyamanan berkurang, seperti penggunaan pendingin udara di dalam.

Aspek ketiga dan keempat, kata dia, keterjangkauan dan keteraturan. Gubernur dan Wakil Gubernur meminta kepada Transjakarta untuk bisa hidup mandiri tanpa tergantung subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk bisa mandiri, dia mengaku, perusahaan harus bisa memperoleh pendapatan lain di luar bisnis inti dan efisiensi operasional.

"Dengan beralih ke bus listrik, tadi disampaikan bahwa akan membantu dari sisi biaya operasional lebih rendah. Dengan begitu, Transjakarta bisa mandiri tanpa perlu disubsidi pemerintah daerah lagi," papar Joseph.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Selanjutnya

Ambisi Transjakarta Angkut 500 Ribu Penumpang

Joseph menyebut, jumlah bus Transjakarta dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan. Pada 2015, jumlah bus masih 300 unit, dan saat ini sudah tembus 1.130 unit bus. Bulan depan targetnya mencapai 1.200 unit bus.

Sementara untuk rutenya, saat ini sudah tercatat sebanyak 96 rute dari sebelumnya 30 rute pada 2015. Bulan depan, Joseph mengatakan akan menambah empat rute perjalanan baru, sehingga tembus rekor melayani 100 rute perjalanan pada bulan depan.

"Warga DKI yang sudah kami layani tadinya hanya 270 ribu orang per hari di 2015, sekarang di 2017 rekornya sudah pecah ke jumlah 483 ribu warga setiap harinya. Targetnya mau tembus 500 ribu pelanggan per hari," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya