Neraca Dagang RI Cetak Surplus US$ 900 Juta

BPS mencatat secara kumulatif, RI mencetak surplus US$ 11,78 miliar sepanjang Januari-Oktober 2017.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Nov 2017, 11:48 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2017, 11:48 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan ‎Indonesia pada Oktober 2017 surplus sebesar US$ 900 juta. Sedangkan secara kumulatif sepanjang Januari-Oktober 2017 mencetak surplus US$ 11,78 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada bulan kesepuluh ini tercatat sebesar US$ 15,09 miliar atau naik 3,62 persen dibanding realisasi September 2017 sebesar US$ 14,54 miliar.

Dibanding Oktober 2016 yang sebesar US$ 12,74 miliar, nilai ekspor di Oktober 2017 ini melonjak 18,39‎ persen.

Angka ini lebih tinggi dibanding realisasi impor yang sebesar US$ 14,19 miliar atau naik 11,04 persen dibanding realisasi bulan sebelumnya ‎US$ 12,78 miliar.

Dibanding realisasi Oktober tahun lalu yang sebesar US$ 11,51 miliar, nilai impor di bulan kesepuluh ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 23,33 persen.

"Jadi neraca perdagangan di Oktober surplus US$ 900 juta," ujar Kecuk saat Rilis Neraca Perdagangan Oktober di kantornya, Jakarta, Rabu (15/11/2017).

Jika dirinci, Suhariyanto mengatakan, surplus US$ 900 juta berasal dari surplus nonmigas yang mencapai US$ 1,69 miliar, sementara neraca dagang minyak dan gas (migas) masih defisit sebesar US$ ‎792,2 juta.

Secara kumulatif di Januari-Oktober 2017, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 11,78 miliar. Dengan realisasi nilai ekspor US$ 138,5 miliar, naik 17,49 persen dibanding capaian periode sama tahun lalu sebesar US$ 117,9 miliar.

Nilai ekspor kumulatif lebih tinggi dibanding nilai impor US$ 126,68 miliar pada Januari-Oktober 2017 atau naik 14,95 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 110,20 miliar.

Surplus US$ 11,78 miliar pada sepuluh bulan ini ditopang dari surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar US$ 18,45 miliar, sementara migas masih defisit US$ 6,67 miliar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Neraca Dagang RI Diprediksi Surplus US$ 1,3 Miliar-US$ 1,7 Miliar

Sebelumnya Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan melanjutkan surplus di Oktober 2017 sekitar US$ 1,3 miliar-US$ 1,7 miliar. Pertumbuhan impor, terutama barang modal diproyeksikan melaju kencang dibanding pertumbuhan ekspor.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memprediksi laju pertumbuhan ekspor sebesar 12,6 persen (year on year/yoy) atau lebih rendah dibanding pertumbuhan impor sebesar 15,06 persen (yoy).

"Neraca perdagangan Oktober 2017 diperkirakan surplus US$ 1,7 miliar," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Rabu pekan ini.

Josua menjelaskan, pertumbuhan ekspor 12,6 persen ditopang solidnya volume permintaan ekspor yang didorong kenaikan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia, seperti Jepang, zona Eropa, dan Jepang.

"Kenaikan harga minyak dunia sebesar 5,2 persen (month to month/mom) sepanjang Oktober tetap menopang kenaikan harga komoditas ekspor CPO 3,5 persen mom dan batu bara 2,7 pesen mom, meski harga karet alam cenderung turun di Oktober," terangnya.

Sedangkan impor tumbuh 15,06 persen yoy, diakui Josua, karena ditopang kenaikan impor barang modal seiring solidnya tren investasi. Diperkuat dengan stabilnya tren positif penjualan semen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya