Liputan6.com, Batam - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ([LPEI]( 3186390 "")) atau yang biasa dikenal dengan Indonesia Eximbank akan mendorong para pelaku usaha nasional untuk membuka pasar baru di kawasan Afrika. Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar ada diversifikasi pasar ekspor produk-produk Indonesia ke pasar nontradisional.
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan selama ini produk Indonesia memang belum secara maksimal menggarap pasar Afrika. Padahal negara-negara lain yang juga memiliki produk ekspor seperti Indonesia sangat agresif menggarap pasar tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Memang Indonesia enggak terlalu masuk ke sana. Kalau China, India mereka agresif masuk Afrika. Padahal mereka (Afrika) potensial," ujar dia dalam Media Coaching LPEI di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (7/12/2017).
Menurut dia, sebagai bentuk keseriusan LPEI untuk mendorong para eksportir Indonesia menggarap pasar Afrika, pihaknya telah melakukan kunjungan ke negara-negara kawasan benua tersebut.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan kajian soal kondisi dan biaya yang dibutuhkan untuk bisa mendorong ekspor ke Afrika.
"Kemarin Agustus kita sudah ke Afrika dan Nigeria. Ada beberapa prospek. Kami juga mempelajari ada beberapa potensi proyek di Nigeria, nanti kita lihat lah seperti apa. kan harus dihitung logistiknya, cost-nya. Ada beberapa sih kayak Aljazair, di Sudan, Afrika Utara," dia menuturkan.
Sinthya menyatakan, produk yang memiliki potensi besar diekspor ke Afrika seperti makanan, alat transportasi dan alat-alat pertahanan. Jika ini bisa digarap secara serius, maka ekspor Indonesia meningkat signifikan di 2018.
"Produknya seperti CPO, mereka perlu banyak makanan, alat kesehatan, alat transportasi, mereka perlu rail way, produk-produk dari Pindad dan lain-lain. Jadi kita enggak hanya ke traditional market seperti AS, Jepang, Eropa. Sekarang kita coba masuk ke Afrika dan Asia Selatan," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Eximbank Targetkan Salurkan Pembiayaan Ekspor Rp 105,1 Triliun
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menargetkan pembiayaan ekspor yang disalurkan kepada para eksportir hingga akhir tahun ini mencapai Rp 105,1 triliun. Angka tersebut meningkat sekitar 20 persen dibandingkan realisasi penyaluran pembiayaan pada 2016.
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan, hingga kuartal III 2017, total pembiayaan yang telah disalurkan telah mencapai Rp 90 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13 persennya telah disalurkan‎ kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
"Sekarang kita ada Rp 90 triliun, sampai kuartal III. Kalau total asetnya ada Rp 108 triliun," ujar dia dalam Media Coaching LPEI di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (7/12/2017).
Sementara untuk tahun depan, kemungkinan pembiayaan ekspor yang disalurkan oleh lembaga yang juga dikenal dengan Indonesia Eximbank ini naik sebesar 10 persen.‎ Namun hal tersebut bergantung pada arah kebijakan pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Sekarang sih lagi digodok ya sama Kemenkeu untuk target-targetnya. Tapi tumbuhnya sekitar 10 persen‎. Nanti tergantung, saya tidak bisa katakan sekarang. Tergantung Kemenkeu mau tumbuhnya agresif atau tumbuhnya di sekitar 10 persen. Jadi ini tergantung nanti," kata dia.
Menurut Shithya, sumber pembiayaan yang disalurkan LPEI pada 2018 masih akan bersumber pada pinjaman dan obligasi. Porsinya nanti akan disesuaikan dengan kebutuhan dari para eksportir yang menjadi nasabah LPEI.
"Bisa separuh-separuh, tergantung kebutuhan. Karena kita lihatnya kapan sih jatuh tempo. Itu kan maturity profile dari pedagang kita tidak sama setiap tahun, ada yang jatuh temponya tahun depan, ada yang tahun depannya lagi. Kalau banyak yang jatuh tempo kita bisa funding dari obligasi atau pinjaman. Itu tidak bisa dipastikan harus 50:50, sesuai dengan kebutuhan dan tren harga di pasar, dan juga kecepatan waktunya kapan dia jatuh tempo," tandas dia.
Â
Advertisement