Riset: Hampir 50 Persen UKM Akan Beli Asuransi Online pada 2022

Ada peluang untuk membangun penawaran asuransi digital terintegrasi yang benar-benar baru.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Des 2017, 20:35 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 20:35 WIB
UKM
Jumlah UKM di Indonesia yang mencapai lebih dari 50 juta pelaku, akan membutuhkan teknologi informasi yang tepat.

Liputan6.com, Jakarta - Survei PwC terhadap 2.100 usaha kecil dari 14 negara yang tersebar di Amerika Utara, Amerika Latin, Asia, dan Eropa menyimpulkan bahwa semakin banyak usaha kecil yang ingin berinteraksi dengan penyedia jasa asuransi secara online.

Terdapat  36 persen di antaranya menyampaikan rencana untuk membeli asuransi secara online dalam waktu dekat, Sedangkan 48 persen berencana untuk membeli asuransi secara online dalam lima tahun mendatang.

EMEA insurance leader PwC Strategy Gero Matouscheck menjelaskan, hasil survei tersebut menunjukkan adanya kemungkinan bahwa pasar asuransi untuk usaha kecil dan menengah (UKM) akan berubah total untuk mengikuti transformasi digital yang sedang terjadi di bidang asuransi perlindungan diri selama 10 tahun terakhir.

"Industri asuransi perlu bertindak sekarang agar dapat memenuhi peningkatan permintaan dari UKM ini," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (8/12/2017).

Survei tersebut menunjukkan bahwa usaha-usaha kecil di Inggris merupakan yang paling fasih memahami teknologi di kalangan sesama UKM di seluruh dunia dalam hal berinteraksi dengan penyedia jasa asuransi secara online.

Sebanyak 43 persen usaha kecil di Inggris yang disurvei mengatakan telah membeli asuransi secara online, dibandingkan dengan rata-rata 24 persen usaha kecil lainnya secara global.

“Informasi yang diungkap dari kajian ini merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan bagi industri asuransi. Perusahaan-perusahaan asuransi yang ingin memprioritaskan nasabahnya perlu bertindak sekarang,” tutur dia. 

Ada dua peluang yang harus ditanggapi. Pertama, menjembatani kesenjangan digital dalam hal komunikasi dan pelaksanaan, dan kedua, menjembatani kesenjangan di sebuah segmen yang nampaknya kurang diperhatikan selama ini.

Tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua perusahaan. Akan diperlukan jawaban-jawaban yang bersifat spesifik pasar dan spesifik asuransi mengenai kebutuhan nasabah.

Hampir sama dengan pengalaman di sektor retail, salah satu pilihannya adalah meningkatkan layanan yang ada saat ini menjadi penawaran multijalur yang sesungguhnya dengan mendukung penjualan yang ada dan komunikasi dengan jalur-jalur digital.

Selain itu, ada peluang untuk membangun penawaran asuransi digital terintegrasi yang benar-benar baru.

“Hasil kajian ini menyampaikan kepada kita bahwa asuransi digital yang sesungguhnya adalah sebuah peluang untuk secara total memikirkan ulang produk dan jasa yang ditawarkan dan menyesuaikan model operasional agar dapat mengambil manfaat penuh dari peluang tersebut.” tutup dia. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya