Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) membantah terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di wilayah Ruteng Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini menyusul adanya informasi tentang kelangkaan BBM di wilayah tersebut.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina Rifky Rakhman Yusuf mengatakan, kondisi penyaluran BBM di Ruteng maupun di wilayah lainnya di NTT berjalan secara normal.
"Dapat kami sampaikan bahwa realisasi penyaluran BBM ex Terminal BBM Reo secara normal harian sebesar 300 kilo liter per hari, sementara itu stok ketersediaan BBM di Terminal BBM Reo berada dalam kondisi aman dan sangat mampu untuk memenuhi permintaan di masyarakat," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (8/6/2018).
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, untuk memaksimalkan penyaluran, Pertamina telah melakukan penambahan Armada Mobil Tangki dari Maumere serta Kupang. Selain itu, Terminal BBM Reo yang bertugas menyalurkan BBM di wilayah NTT juga beroperasi selama 24 jam serta tetap bekerja pada hari Minggu.
“Kondisi stok di TBBM Reo sangat relatif aman, bahkan kami pun telah menambah armada mobil tangki yang berasal dari wilayah Maumere serta Kupang, tentu hal ini bertujuan untuk mendukung kelancaran penyaluran BBM bagi masyarakat," ungkap dia.
Pertamina juga telah merancang agenda penyaluran bagi SPBU-SPBU yang tingkat konsumsinya meningkat, sehingga ketersediaan BBM di SPBU dapat tetap terjaga dan masyarakat tidak perlu khawatir. "Pertamina berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan bakar," tandas dia.
SPBU Asing Kompak Dongkrak Harga BBM
Badan usaha penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) kompak menaikan harga pada awal Juli 2018. Meski begitu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjamin keuntungan badan usaha atas kenaikan tersebut tidak sampai 10 persen.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, selain Pertamina beberapa badan usaha lain yaitu PT Shell Indonesia, PT Total Oil Indonesia dan PT Vivo Energy Indonesia sudah mengajukan usulan dan menaikan harga BBM nonsubsidi.
"Vivo ada, Shell juga ngajuin, Total juga ngajuin juga," kata Djoko, di Jakarta, Kamis (5/7/2018).
Kenaikan harga BBM nonsubsidi yang dilakukan perusahaan minyak asing tersebut tidak sampai 10 persen. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 34 Tahun 2018.
Dia menyebutkan, keuntungan Shell dengan kenaikan harga yang telah dilakukan pada 3 Juli 2018 berkisar antara 2,6 persen sampai 1,1 persen.
Total yang menaikan harga BBM non subsidi pada 1 Juli 2018 mengambil keuntungan berkisar 4,8 persen sampai 4,6 persen.
Sedangkan Vivo baru mengusulkan keuntungan 1,6 persen atau kenaikanya berkisar Rp 100 sampai Rp 150 per liter.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement