Liputan6.com, Florida - Keluarga Wrigley yang terkenal lewat bisnis permen karet Wrigley mulai menapaki sektor bisnis terbaru, yaitu bisnis ganja. Yang dipilih adalah bisnis ganja medis di bawah Surterra Wellness.
Dilansir Yahoo! Finance, miliarder William Wrigley, Jr. II menanamkan investasi sebesar USD 65 juta atau setara Rp 941 miliar (1 USD = Rp 14.476) kepada Surterra Wellness yang bergerak di ganja untuk keperluan medis.
Advertisement
Baca Juga
Langkah ini diambil Wrigley setelah menjual bisnis permen karet Wrigley yang dibangun kakek buyutnya pada satu dekade lalu. Ia pun menjadi Chairman di Dewan Direksi Surterra.
"Saya bersemangat bergabung ke tim Surterra dan membantu mendorong misi mereka untuk membangun bisnis kesehatan ganja terbaik," ucapnya seperti dikutip dari situs Surterra.
Surterra baru memiliki cabang di Florida dan Texas, dan menariknya dua negara bagian tersebut justru terkenal konservatif. Wrigley menjelaskan berubah pikiran saat memahami keuntungan ganja dalam bidang medis.
Wrigley masih belum mau berinvestasi di pasar ganja di sektor rekreasi. Tetapi ia sedang mengawasi perkembangan industri ini. Menurut Forbes, total kekayaan Wrigley saat ini ditaksir mencapai USD 2,9 miliar atau Rp 41,9 triliun.
Saat ini, ganja untuk kebutuhan medis sudah legal di tiga puluh negara bagian di Amerika Serikat (AS). Namun, ada negara bagian yang melarang pemakaian ganja untuk kebutuhan hiburan walau membolehkan untuk medis, contohnya Pennsylvania, Hawaii, dan Florida.
Politisi sendiri masih terpecah soal ganja. Presiden Donald Trump pernah berniat menghilangkan larangan ganja di level nasional, sementara Jaksa Umum Jeff Sessions terkenal atas "perang" yang ia lakukan terhadap ganja.
Soal Ganja untuk Obat, Ini Kata BNN
Beberapa negara sudah mengizinkan ganja sebagai salah satu terapi atau pengobatan. Di Indonesia, hingga kini ganja tidak diizinkan untuk pengobatan maupun perawatan orang sakit.
"Selama undang-undang masih menyatakan itu (ganja) golongan satu, maka kita tidak mendukung itu untuk pengobatan," jelas Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Diah Setia Utami, pada Health Liputan6.com pada Selasa, 26 Juni 2018.
Diah mengakui ganja masih menjadi sebuah perdebatan. Menurut dia, beberapa orang mengatakan bahwa tidak semua penyakit bisa sembuh dengan ganja, sementara yang lain menyatakan bahwa ganja bisa membuat seseorang yang sakit kondisinya lebih baik.
"Penelitiannya sudah banyak, tapi hanya beberapa yang mengatakan bahwa ini (ganja) hanya cocok untuk mereka dengan epilepsi. Ada 16 negara yang sudah melakukan, tapi ya ini masih kontroversi," ucap Diah usai mengisi peringatan International Day Against Drug Abuse and Illicit Trafficking 2018 di Kantor Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Jakarta Timur.
Advertisement