UKM Berpeluang Kena Gejolak Ekonomi Global

Corsec BNI Ryan Kiryanto menuturkan, ekonomi global akan sedikit melemah sehingga berdampak terhadap korporasi dan UKM.

oleh Merdeka.com diperbarui 07 Nov 2018, 13:45 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 13:45 WIB
Tingkatkan Volume KUR, OJK Bentuk Sistem Klaster untuk UKM
Suasana saat perajin memproduksi sepatu di sebuah rumah industri di Jakarta, Selasa (6/3). OJK dan Menko Perekonomian memfokuskan kredit usaha rakyat (KUR) bagi UKM dengan sistem klaster. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan tetap kuat, sementara pertumbuhan ekonomi negara-negara emerging market atau pasar negara berkembang dan Eropa diperkirakan lebih rendah dari perkiraan awal.

Corporate Secretary and chief economist BNI, Ryan Kiryanto, mengatakan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah.

"Ini sesuai dengan proyeksi Bank dunia pada acara IMF di Bali," kata Ryan dalam sebuah acara diskusi di Kementerian Koperasa dan UKM, Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Dia menjelaskan, jika ekonomi dunia sedikit melemah dampaknya ke korporasi skala besar. Selain itu, dampak selanjutnya akan merembet pada korporasi kelas menengah seperti UKM.

"Dan di hilir kelas UKM suka tidak suka berpotensi terdampak juga," ujar dia.

Dia menceritakan, saat terjadi krisis moneter pada 1998 UKM dapat bertahan sebab tidak menggunakan valuta asing (valas) sehingga tidak terpengaruh gejolak ekonomi global.

"98 UKM bagus waktu krismon kelompok UKM relatif tidak tersentuh nilai tukar, mereka tidak minjam valas, maka mereka terisolasi dari gejolak global," tutur dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

LPEI Targetkan 200 UKM Go Digital pada 2019

Tarti Camelia Kreasi
IKEA Indonesia kembali menggelar pameran produk unggulan UKM. Kini menampilkan batik dan bordir (Liputan6/pool/IKEA Indonesia)

Sebelumnya, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank diberi mandat oleh Kementerian Keuangan sebagai fiscal tools pemerintah yang mendukung kinerja ekspor nasional melalui Pembiayaan Ekspor Nasional (PEN).

Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan strategi dan program kerja LPEI beriringan dengan strategi dan program ekspor pemerintah yang menitikberatkan pada 2 hal yaitu peningkatan daya saing dan diversifikasi pasar produk ekspor.

"Program LPEI fokus pada 3P yaitu pelaku, produk dan pasar. Untuk pelaku, LPEI menyasar pelaku ekspor termasuk usaha kecil dan menengah ekspor (UKME) dengan porsi pembiayaan UKME LPEI per September 2018 sebesar Rp 14,78 triliun atau 14 persen dari total pembiayaan LPEI," katanya kepada wartawan, Rabu 24 Oktober 2018.

Fasilitas produk yang diberikan LPEI adalah Pembiayaan, Penjamin dan Asuransi serta Jasa Konsultasi yang memberikan daya saing kepada para eksportir, khususnya yang bergerak di sektor bidang prioritas Pemerintah antara lain memberikan nilai tambah (hilirisasi) atau yang mempunyai nilai multiplier tinggi kepada perekonomian.

Pembiayaan kepada segmen UKM ekspor dilakukan dengan cara direct financing, business linkage (skema pembiayaan plasma-inti), channeling melalui lembaga keuangan bank dan bukan bank.

Dia menjelaskan, LPEI turut berupaya meningkatkan kapasitas UKME untuk memasuki pasar global melalui kegiatan Jasa Konsultasi, yaitu berupa program CPNE dalam membantu para pelaku UMKM Indonesia agar menjadi UMKM berorientasi ekspor dan juga menyiapkan sebanyak mungkin calon-calon eksportir yang handal dan tangguh, baik ekspor secara langsung maupun tidak langsung dan siap bersaing di pasar global.

"Target CPNE tahun ini adalah 100 UKM yang GoLive di marketplace global dan menyiapkan banyak pelaku usaha menjadi eksportir. Untuk tahun 2019, LPEI akan menggandakan jumlah UKM yang GoLive sebanyak 200 UKM," paparnya.

Total negara tujuan ekspor debitur LPEI telah mencapai 165 negara. Perluasan pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional termasuk Bangladesh, Pakistan, Nigeria dan sejumlah negara di kawasan Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika.

Strategi ke depan LPEI ini adalah melakukan positioning, dan aliensi strategis serta partnership. 'Positioning' melihat posisi negara Indonesia di dalam global value chains (GVC) dan kemudian menempatkan peran LPEI di dalam peran value chain kegiatan ekspor nasional yang sejalan dengan program ekonomi nasional karena LPEI hanya salah satu bagian dari mata rangkai kegiatan ekspor nasional secara keseluruhan.

LPEI juga bekerja sama dengan kementerian/lembaga daerah terkait kegiatan ekspor baik regional maupun global termasuk kerja sama dengan Eximbank/Export Credit Agency negara lain dan lembaga multilateral.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya